Keesokan harinya....
Tama menyerahkan dua bus pulpen yang sudah ia janjikan kemarin, mata Nabila berbinar cerah. Ia membuka bus tersebut dan mencium aromanya. Tama yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya, Nabila aneh jika sedang begitu. "Udah, ya."
Bila mengangguk memasukkan dus yang berisikan pulpen itu ke dalam tas miliknya. Nabila mengambil satu dan tangannya mulai menari membentuk tulisan dengan pulpen barunya. "Engga ada warna lain selain hitam? Gue bosen hitam dulu. Kayak kehidupan monokrom engga ada cerah-cerahnya minimal kasih pelangi supaya cerah."
"Matamu, Nab." Nabila tidak tahu terima kasih. "Masih untung gue ganti, yang punya orang gue kagak ganti cuma lo berdua."
"Karena lo ilangin punya orang lain cuma satu. Lah kita banyak bener, Bil?" tanya Nabila.
Bila mengangguk.
Tama menyodorkan sesuatu di meja, Bila yang melihatnya langsung menoleh. "Apa ini?" tanya Bila sembari menunjuk sebuah coklat yang ada di mejanya.
Tadinya coklat itu hanya untuk Bila. "Coklat buat lo berdua." Nabila langsung merebutnya. "Asik, baik banget lo."
Nabila membuka coklat tersebut membaginya menjadi dua. Memberikan satu potong tersebut pada Bila dan satu lagi Nabila langsung memakannya. "Makasih."
"Hm."
Ponsel Bila berdering, sebuah pesan masuk. Bila segera mengeceknya ternyata pesan itu dari Noval. Kekasihnya memintanya untuk keluar, Bila memasukkan ponsel itu ke dalam saku roknya lalu membisikkan sesuatu di telinga Nabila.
"Sana, nanti kalau ada guru gue kasih tahu." Bila mengangguk, berlari keluar kelas dengan cepat.
Tama yang melihatnya langsung menoleh kearah Nabila dan bertanya. "Kenapa dia?"
"Kepo lo."
"Mangkanya cari pacar," sindir Nabila, semenjak berteman dengan Tama. Tidak pernah laki-laki itu mengenalkan seorang gadis kepadanya dan juga Bila. Terkesan Tama tidak menyukai perempuan menurutnya.
"Apa jangan-jangan lo engga suka cewek?" tanya Nabila sembari sedikit menjauh dari Tama. Keningnya di tepuk lumayan keras. "Ngaco, gue masih suka cewek. Lo aja yang engga tahu." Tama bangkit dari duduknya berjalan menuju keluar.
.
Bila berjalan pelan menuju koridor kiri yang sudah mereka janjikan tadi. Senyuman di wajahnya terpancar saat melihat Noval sedang berdiri di sana. Menyandarkan tubuhnya di dinding sembari memainkan ponsel di tangannya.
"Hai." Bila melambaikan tangannya.
"Suruh aku ke sini mau apa?"
Noval tersenyum, mengacak-acak rambut Bila yang di ikat menjadi satu. "Engga, ayo ke kantin."
"Lapar?"
Tangannya di taruh di perut. "Hm."
"Ayo."
Noval memperhatikan kekasihnya yang sedang sibuk dengan es krim yang ada di tangan. Jika dilihat es krim itu kalah manis dengan Bila, Noval suka sekali matanya. Begitu membuatnya terpesona hingga ingin terus menatapnya setiap hari. "Kamu engga pernah buka surat dari aku, ya?" tanya Bila tiba-tiba.
Noval mengerutkan keningnya, surat apa yang kekasih katakan. "Surat?"
Bila mengangguk. "Surat yang selalu aku simpan di loker."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Подростковая литератураWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...