"Gue coba cek cctv di sana tapi rekaman saat kejadian itu engga terdeteksi. Gue engga tau kenapa itu bisa terjadi, gue bahkan suruh petugasnya cek beberapa kali hasilnya nihil."
"Dan gue kira pasti ada yang sabotase itu cctv, engga mungkin itu hilang dengan sendirinya. Gue punya kenalan di hotel itu, katanya setiap Minggu pasti di cek dan kalau ada yang mati pasti langsung di benerin."
Regan menundukkan kepalanya setelah mengucapkan kalimat tersebut. Hotel itu milik Ayahnya tapi masalah seperti ini tidak bisa ia selesaikan, Regan masih merahasiakan kejadian itu kepada keluarganya. Jika mereka tahu tamat sudah riwayat Regan.
Bila menghela napas. "Mungkin cctv-nya rusak." Dengan gampangnya kata itu terucap begitu saja, semakin lama di ingat semakin sakit.
Regan menggelengkan kepalanya, cctv di gedung itu tidak mungkin rusak karena selalu ada pengecekan seminggu sekali kata orang tuanya. Kebetulannya sebelum hari itu, Raga bercerita pada istrinya kalau cctv itu sudah di perbaiki.
"Cari cara yang lain, engga mungkin sebuah bangkai engga akan membusuk. Kita nunggu saja."
Bila mengangguk. "Pulang?"
"Iya."
_
Sebelum turun Bila menghela napas panjang sedangkan Regan yang berada di sampingnya tampak terdiam sembari melihat jalanan yang berada di depannya. "Re!"
Regan menoleh. "Turun sekarang?" tanyanya.
Bila mengangguk. "Engga usah ikut turun, bahaya kalau Noval lihat."
"Iya."
Bila menutup pintu mobil dari luar dengan pelan, ia menghabiskan beberapa jam bersama dengan Regan. Membahas tentang kejadian yang menimpanya beberapa bulan yang lalu. Regan yang berada di dalam mobil hanya tersenyum.
"Gue pergi, hati-hati sama dia."
"Hm."
Regan menginjak starter, mobilnya melesat pergi meninggalkannya sendiri. Bila menghela napas, saat melihat mobil milik laki-laki bernama Noval berada di sampingnya terparkir dengan rapih. Bila masuk terdalam, ia mencuri pandang pada Noval yang sedang duduk di ruang tengah dengan kopi yang masih panas di atas meja.
Noval tidak menatapnya, Bila langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan juga mengganti baju. Setelah selesai, Bila masih terdiam di kamar. Perutnya tiba-tiba lapar, ia hanya makan sedikit bersama Regan tadi.
Bila bangkit dari duduknya, berjalan melewati laki-laki yang masih diam menonton tv. Wanita itu menghela napas, mengambil bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Ia membuat dua porsi untuk dirinya dan Noval.
Ia tak berani menegur, mulai menyantap nasi goreng di depannya tanpa memikirkan laki-laki itu. Noval bangkit dari duduknya, mengambil nasi goreng yang ada di atas meja lalu membawanya kembali di depan tv tanpa mengucapkan apapun.
"Piringnya simpen aja, nanti aku cuci."
"Hm." Bila langsung pergi, meninggalkan laki-laki yang sedang makan di ruang tamu.
Bila menghela napas setelah mencuci piring bekas miliknya dan juga milik Noval. Ia mengusap bekas air yang berada di tangan dengan baju daster miliknya.
Bila mengambil selimut, menyelimuti tubuh suaminya yang sedang tertidur di atas sofa setelah makan dengan hati-hati.
Ia mengelus wajah Noval dari jauh, mengikuti bentuk wajahnya. Lagi-lagi Bila menghela napas, berandai-andai jika semuanya tidak terjadi ia pasti masih menjadi kekasih laki-laki ini. Dengan penuh kasih sayang tidak seperti sekarang. Mendapatkan status sebagai istri tapi di perlakukan tidak seperti istri pada umumnya.
Bila menghela napas sejenak sebelum pergi menuju kamarnya, meninggalkan laki-laki itu di sini.
Keesokan harinya, sebuah gelas berisikan susu coklat mendarat dengan kasar di meja yang di tempati oleh Bila. Gadis itu menatap wajah Noval, laki-laki itu sudah siap dengan jaket dan helm di kanan kirinya.
"Minum, kalau engga nyokap yang nyuruh. Gue engga sudi bikinin lo susu." Noval pergi setelah mengatakan kalimat tersebut.
Bila hanya tersenyum kecut, mengambil gelas yang berada di atas meja. Meminumnya, air matanya tiba-tiba runtuh seperti air hujan.
Bila tau Noval sangat membencinya sampai kapanpun, mungkin rasa bencinya akan hilang ketika ia sudah tiada nanti. Wanita itu menjatuhkan dirinya di kursi sembari meratapi nasibnya yang begitu malang.
Noval dulu dunianya sekarang laki-laki itu nerakanya.
Di tempat lain, Noval memasuki kantor milik Ayahnya. Setelah ia mendapatkan telepon dari Ayahnya semalam. Laki-laki parubaya itu menyuruhnya untuk berkerja di sini. Noval hanya menurutinya, ia masuk ke ruangan pribadi milik Ayahnya.
Bima menyerahkan baju ke arah Noval, laki-laki itu memandang tidak percaya. "Engga, Noval engga mau kalau tukang bersih-bersih."
"Kamu itu sudah menikah, Ayah engga akan kasih kamu uang sepeserpun. Waktunya kamu bekerja, semuanya dari bawah."
"Tapi, bagaimana dengan harga diri Noval."
Bima terdiam langsung berbicara. "Berani berbuat berani tanggungjawab."
Noval menghela napas, haruskah berapa kali ia berbicara bukan dia pelakunya. Noval juga korban mengapa semua orang tidak ada yang percaya.
Bima menatap anaknya yang begitu menolak dengan apa yang ia suruh. Semua pekerjaan tidak ada yang mudah, semua harus di kerjakan dengan kerja keras bukan di kalahkan oleh gengsi semata.
Apalagi laki-laki, tugasnya utamanya mencari nafkah. Apapun pekerjaannya, bagaimana pun hasilnya yang penting tetap berjuang.
"Tidak ada pekerjaan yang di mulai dengan rasa gengsi, Noval."
"Ayah, muka Noval mau di taruh di mana?" tanya Noval.
Bima menyodorkan sekotak masker ke atas meja. Menyuruh anaknya untuk memakainya saat berada di kantor, hingga tidak ada yang bisa mengenalinya di sini.
Noval merampas baju dan sekotak masker di atas meja dengan kasar sebelum meninggal tempat ini. Sebelum ke sini, laki-laki itu berkhayal akan menjadi asisten Ayahnya atau setidaknya karyawannya. Tapi tidak di sangka ia hanya dijadikan tukang bersih-bersih.
Noval memakai masker sebelum keluar dari tempat ganti. Saat ia keluar, seorang laki-laki menyuruhnya untuk membersihkan toilet. Noval menutup hidungnya saat bau itu menyerang hidung dan juga masker, laki-laki itu angkat tangan tidak ingin membersihkannya.
Noval menoleh saat suara pintu berbuka, rupanya seorang tukang bersih-bersih sepertinya masuk untuk membantunya. Dari name tag yang menempel di bajunya ia bisa mengetahui namanya yaitu Amir.
Laki-laki yang baru datang itu mulai melakukan pekerjaannya, Noval melihatnya mulai mengikuti walaupun dengan
ragu.Noval menghela napas. "Karyawan baru, ya, Mas."
Noval mengangguk. "Biar saya aja, Mas."
"Eh, engga Mas. Itu juga tugas saya."
Noval menyerka keringat yang ada di wajahnya, setelah membersihkan toilet bersama dengan Amir. Seseorang memberikannya sebotol air mineral. Noval menerimanya dengan senang hati lalu meminumnya hingga habis.
"Cape, ya, Mas." Noval mengangguk. "Mananya juga kerja, Mas. Engga ada yang enak, otak sama tangan harus kerja sama kalau engga keteteran."
"Jangan panggil gue Mas, gue masih muda."
Amir mengangguk, rupanya laki-laki di sebelah Noval umurnya tidak jauh berbeda dengannya.
"Amir."
"Gue Noval."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Fiksi RemajaWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...