bentakan! (revisi)

224 7 2
                                    

"Manusia begitu keras seperti tidak pernah di kasih nasi!"
.

.

.

Noval mengetuk pintu dengan keras, ia baru saja pulang bekerja hingga larut malam. Laki-laki itu berdecak, tak mendapati Bila membukakan pintu.

"Woy, buka!" Noval mengetuk pintu dengan lebih keras sembari berteriak.

"Anjing." Noval berdecak kesal, ia sangat menyesal kenapa tidak membawa kunci miliknya. Noval memejamkan matanya sejenak, sembari mengatur napas ia sudah membuat banyak orang ternganggu dengan teriakkan tadi. Noval lupa ini di apartemen bukan di rumah.

Noval duduk di depan pintu sembari meluruskan kakinya yang sedikit sakit karena melakukan pekerjaan yang tak pernah ia kerjakan selama ini. Perutnya juga berbunyi, Noval tak sempat makan di sana karena ia harus membantu Amir membersihkan ruangan yang kotor.

Noval mengeluarkan ponsel di sakunya, sebelum menghubungi Bila. Ia terlebih dahulu membuka bloknya, sudah lama ia menutup komunikasi dengan wanita itu.

Ia menghubungi Bila, beberapa kali tidak di angkat. Noval kembali berdecak, ia mencoba sekali lagi dan terhubung.

"Buka!" Noval membentak Bila yang baru saja membuka mata, wanita itu terdiam lalu beranjak dari ranjang untuk membukakan pintu.

"Sialan, lo ngapain aja sih dari tadi. Apa lo mati  sampai engga denger gue telepon, Hah!"

Bila terdiam, ucapan laki-laki itu membuat lukanya teriris lagi. Ia cape harus begini dengan Noval, setiap hari selalu makan dengan kemarahan laki-laki itu.

Bila hanya mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut laki-laki. Bermacam-macam ucapan yang sudah Noval lontarkan padanya, Bila hanya sabar walaupun rasa sabarnya sudah hilang sejak dulu. Ia hanya manusia yang kehilangan dirinya sendiri, ia hidup tanpa raga yang seutuhnya.

Noval juga manusia tapi laki-laki itu tidak pernah memanusiakan manusia sedikit pun apalagi pada wanita sepertinya. Yang dia lihat hanya ia kotor dan tidak layak untuk di hormati sama sekali.

Bukankah laki-laki itu juga lahir dari seorang wanita?

Bukan dari sebuah batu.

Bila menutup pintu apartemen dengan tangan bergetar,  menatap laki-laki yang sedang berjalan telanjang dada menuju dapur. Noval melempar mie pada Bila yang sedang berdiri di dekat pintu, gadis itu langsung menangkapnya.

Bila mengangguk, ia sudah mengerti apa maksud Noval. Ia mulai memasak mie untuk laki-laki yang sedang bermain ponsel sembari tertawa riang. Bila hanya menghela napas, kapan tawa itu muncul kembali di wajahnya. Ia sudah kehilangan tawanya setelah ia kehilangan kehormatannya.

Bila meletakkan mangkuk berisi mie itu di meja makan. "Val."

Noval mendongak, tangannya melambai menyuruh untuk Bila menjauh darinya. Bila menghela napas, ia kembali masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia belum mengisi perutnya, hanya pagi hari saja ia makan. Rasa laparnya menghilang begitu saja, bahkan ia mengabaikan bayi yang berada di kandungannya saat ini.

Noval merentang kedua tangannya yang ngilu, ia mengepel semua ruangan yang ada di kantor milik Ayahnya tadi di bantu oleh Amir. Noval ingin marah tapi kepada siapa ia kapan marah? Pada Bila? Gadis itu hanya menangis ketika ia membentaknya seperti tadi.

Sekarang ia tak perduli apapun bahkan wanita yang menjadi istri sahnya. Yang terpenting ia harus mendapatkan lagi nama baiknya di mata ayahnya dan juga keluarganya.

Setelah anak itu lahir, ia akan menceraikan Bila. Itulah rencana Noval kedepannya. Noval mengetuk pintu kamar istrinya dengan keras hingga Bila keluar dari kamar. "Ada apa?" Dengan lelah Bila bertanya.

"Pijitin gue."

Bila mengangguk, ia mengikuti langkah kaki suaminya hingga Noval duduk sofa depan televisi. "Badan gue pegal."

Bia meletakkan kedua tangannya di pundak Noval lalu memijatnya dengan pelan. "Pake tenaga, lo makan apa engga sih?"

"Iya."

Di tempat lain, Regan mencoba menghubungi seseorang. Menanyakan apa ada seseorang yang mencurigai masuk ke dalam ruangan keamanan.

Regan menghela napas, sebrenseknya dia. Ia tak pernah menodai seseorang, karena ia mempunyai adik perempuan. Regan tak mau adiknya atau anaknya kelak menerima karma yang ia buat dulu. Ia tak mau itu, Regan hanya ingin menjadi seseorang yang berguna dengan memperbaiki namanya dan juga nama Bila.

Keesokan harinya, Noval sudah siap dengan sekolahnya. Ia harus menomor satukan sekolah daripada pekerjaan. Noval akan bekerja nanti setelah ia selesai sekolah.

Bila menyiapkan bekal untuk laki-laki itu bawa di atas meja, Bila hanya bisa melihat gerak-gerik Noval dari kejauhan. Ia tak mungkin terlalu dekat dengannya, Bila takut laki-laki itu akan lebih marah seperti tadi malam.

Bila menghela napas, ternyata bekal yang ia buat hanya Noval lewati. Bahkan laki-laki itu tak meliriknya sama sekali, Bila sudah susah payah membuatnya hingga matanya teriris pisau.

Bila mengambil lagi bekal yang ia siapkan, memandang kotak makan yang berada di tangannya dengan gamang. Noval begitu tidak menghargainya sama sekali untuk apa ia di nikahi jika akhirnya begini hanya untuk melampiaskan emosinya.

Bila tak ingin begini, ia sudah cape dengan semua ini. Tapi ia juga tersadar, tidak selamanya mawar itu indah. Bila di ibaratkan seperti bunga, di petik bunga itu akan layu.

Noval mengawasi sekolahnya dulu, terlihat Regan dan juga ke dua sahabatnya sedang tertawa. Laki-laki itu mengepalkan tangannya, sekarang tidak ada tawa yang muncul di wajahnya hanya saja raut kemarahan yang terlihat.

"Anjing!" Noval memukul tembok yang berada di depannya, harusnya yang di posisinya sekarang adalah Regan. Orang yang membuatnya mempertanggungjawabkan sesuatu yang tidak seharusnya ia tanggung.

Noval melajukan motornya kembali menuju sekolahnya. Regan tak sebenarnya, ia tertawa ... ada hati yang gamang.

"Masih lo pikirin kejadian itu?" tanya Ikbal.

Regan mengangguk, kejadian itu membuatnya merasa bersalah dan nama baiknya rusak. Walaupun bukan ia pelakunya tapi ia juga yang terkena imbasnya, ia yang di tuduh menodai Bila.

Regan tak pernah merasa pernah menodai Bila, yang ia ingat ketika kejadian itu Regan memutuskan itu mencari udara di bagian samping hotel tapi tiba-tiba gelap seperti ada yang memukulnya dari belakang.

Dan ketika ia sadar, ia sudah bersama Bila dengan kondisi tubuh telanjang bulat. Jika benar ada yang melakukan ini kepadanya, ia tak akan pernah memaafkan pelaku sama sekali karena ia sudah melempar batu lalu sembunyi tangan.

Pelaku itu tak punya hati, membiarkan sosok gadis lugu mengalami hal yang berat di hidupya. Menerima kehamilan yang tak di inginkan, menerima dirinya di usir oleh orang tuanya sendiri.

"Gue engga akan lupa sampai kapanpun, gara-gara itu gue kehilangan ketenangan gue dan juga sahabat."

Mereka berdua mengangguk. "Dan dia kehilangan jati dirinya."

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang