bab 3

42.3K 4K 312
                                    

yang aku inginkan ialah, ibuku selalu tersenyum di saat bersamaku

playlist mino ft taeyang fear

🐰🐰🐰

Zifa berlari tak tentu arah menjauh dari sana sesekali lengannya menghapus sesuatu yang mulai membasahi kedua pipinya. Ia takut, pria itu menunjukkan ekspresi yang sama persis seperti saat ibunya mengamuk dan kemungkinan sebentar lagi pria mengerikan tersebut akan mengejar lalu memukuli bagian kepalanya yang masih luka karena kemarin di hajar habis-habisan oleh ibunya karena ia berani protes meminta makanan.

Gadis itu menoleh kesana-kemari mencari-cari tempat persembunyian yang aman, berusaha menyelamatkan diri dari amukan ibunya kala itu kini ia melakukan hal yang sama di rumah wanita yang ia anggap berbaik hati karena menawarkan makanan untuknya, sekalipun ia tahu mungkin hal yang ia lakukan akan berakhir sia-sia, karena tiap kali ia bersembunyi dari kemarahan ibunya tetap saja wanita itu mampu menemukan dirinya.

Atensinya berhenti di salah satu meja, gadis itu berlari tergesa mendekati meja tersebut kemudian merangkak kesusahan masuk ke kolong meja.

"Zifa..." Dian yang sempat melihat pergerakan gadis itu memanggilnya, "bisa keluar dari sana?"

Zifa menggeleng pelan, air wajahnya menunjukkan seolah gadis itu mengatakan, 'dia akan menghajar ku, aku harus bersembunyi' manik gelap yang tampak mulai berkaca-kaca itu menoleh kesana-kemari layaknya anak anjing kehilangan arah.

"Kamu aman, di sini nggak ada orang jahat, keluar sekarang ya.." orang jahat yang Dian maksud tentu saja ibu dari gadis itu sendiri, gadis itu ketakutan sudah jelas karena perbuatan Divia selama ini, luka memar yang belum sepenuhnya mengering itu sudah menunjukkan betapa mengerikannya wanita itu selama membesarkan putri kandungnya.

Zifa menggeleng sekali lagi ia tak mengerti apa yang Dian ucapkan yang ia tahu ia hanya perlu menyelamatkan diri, ia hanya takut, semua orang seolah senang menghajar dan memukulinya.

"Gak usah khawatir kamu aman selama bersama saya, sekarang keluar dulu ya," Dian melangkah pelan mendekati meja di mana Zifa meringkuk berusaha bersembunyi dari putranya.

Zifa bergerak gelisah di tempat persembunyiannya, ia semakin merangkak masuk ke dalam. Sehingga,

PRANG!

Guci hiasan yang di taruh di atas meja tersebut pecah mengotori lantai ruangtamu, tubuh Dian tersentak sangking terkejut.

Guci kesayangan hadiah ulang tahun yang di berikan Zico hancur sudah di depan kedua matanya, padahal guci keramik itu juga termasuk benda kesayangannya.

Zifa semakin cemas tak kalah tahu ada benda yang tak sengaja ia hancurkan, gadis itu menyembulkan kepalanya ingin melihat reaksi Dian.

Zifa mulai memukuli dirinya sendiri, tangan ini selalu saja membuat dirinya di benci orang.

Zifa marah, ia marah pada dirinya sendiri, gadis itu mulai mengamuk dan mengahajar kepalanya menarik-narik rambut lepeknya.

Dian masih syok ia tak tahu harus bereaksi bagaimana seolah masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, ia belum bisa menerima fakta bahwa guci kesayangannya baru saja hancur, ia juga tak mungkin memarahi anak penyandang disabilitas yang mungkin tak akan pernah mengerti apa yang akan ia ucapkan nantinya.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang