bab 38

29.4K 3.1K 479
                                    

masih ada yang stay di cerita ini?

yang belum vote bab sebelumnya, coba balik lagi terus pencet bintang 😔😭

playlist lee know, changbin, felix surfin

***

Baru saja tenggorokannya yang terasa kering di basahi air yang baru saja ia minum pipinya harus menerima tamparan panas dari bunda, pria yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya itu mencoba mengamati wajah pelaku yang baru saja menampar ganas pipi kanannya.

"Bun-da?"

"Gak ada otak kamu! Bunda gak tau lagi harus pakai bahasa apa ngomong sama kamu, Zic."

"Bunda, kenapa?" tanyanya seraya menaruh mug yang baru saja ia gunakan untuk minum ke atas meja, mengusap-usap pipinya yang terasa kebas akibat tamparan dashyat dari ibunya.

"Bercak-bercak merah di leher anak gadis Divia mulut kamu yang buat?!" murka bunda mulai tak terkendali, ia tak sengaja melihat bercak-bercak keunguan itu saat akan membangunkan Alisie, kerah piyama yang di kenakan anak perempuan itu sedikit melonggar sehingga matanya menangkap tanda-tanda yang tak asing di matanya.

Zico gelagapan, ia meringis pelan, "ya, aku nggak sengaja,"

"ZICO!" jerit bunda meneriaki nama putranya membuat empunya punya nama tersentak mundur, "aku minta maaf, bun." ucapnya memelas menatap sendu wajah bunda berharap ibunya luluh dan tak mempermasalahkan bekas kissmark yang ia tinggalkan semalam di leher Alisie, semalam ia terlalu terbawa suasana sehingga melucuti semua pakaian yang melekat di tubuh mungil gadis itu, mencumbu dan sesekali menggigit kulit anak perempuan itu.

"Ngga ada otak! Kebelet punya anak kamu?!" Zico mendesah lelah sembari mengusap wajahnya frutasi, "enggalah."

"Kalo sampai ke telinga bunda kamu udah berbuat jauh, bunda sunat habis punyamu!" ancam bunda mengerikan, "bunda ngga becanda, sekali lagi aja kamu cium-cium Alisie bunda usir kamu dari rumah ini." tekan bunda melengos mendekati kulkas, "bangunin Salsa, suruh bantu bunda masak."

"Alisie?" tanyanya pelan setelah yakin bunda sudah kembali melunak tak lagi ada kemarahan seperti tadi di raut wajahnya.

"Dia masih mandi, kamu ngga berangkat ke kampus?" kedua tangan bunda sibuk mengeluarkan bahan-bahan masakan yang akan ia hidangkan untuk sarapan, dan lauk pauk untuk makan siang, namun matanya sesekali melirik anak lelakinya yang kini duduk di kursi meja makan.

"Nanti sekitar jam sepuluh," Zico memperhatikan setiap gerakan bunda yang terlihat lihai memilah-milah bahan masakan yang akan ia olah, nampaknya pria dengan wajah kusut itu hendak mengucapkan sesuatu namun bibirnya terlihat ragu, sampai teguran dari sang bunda membuat pandangannya yang sedari tadi fokus pada meja bar kini menoleh ke arah bunda.

"Kamu mau ngomong sesuatu?" pancing bunda seraya memasukan ikan segar yang akan di cuci ke dalam baskom.

"Ngg, anu," Zico menggaruk pelan tengkuknya, terlihat masih ragu membahas tentang Divia kepada ibunya, "ngga jadi, nanti aja sepulang dari kampus." katanya sembari melangkah menjauh dari area dapur, kepergiannya membuat bunda bertanya-tanya kiranya apa yang hendak putranya bahas sehingga terlihat ada keraguan di bola mata pria itu.

Zico melewati kamar tamu yang pintunya sedikit terbuka, kepalanya melongo melalui celah pintu kamar ingin memastikan apa Alisie masih mandi, lebih tepatnya ia ingin memilihkan baju yang pantas untuk di pakai gadis itu hari ini, ia tak yakin masih mampu menahan semua rasa malunya jika sampai ayahnya melihat bekas keunguan di sekitar leher bahkan area dada gadis itu.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang