bab 28

33.5K 3.3K 397
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selain tak pernah merasakan masa kanak-kanak, aku juga tak pernah merasakan jatuh cinta, dan mungkin di cintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selain tak pernah merasakan masa kanak-kanak, aku juga tak pernah merasakan jatuh cinta, dan mungkin di cintai

***

Zico mengusap-usap bagian jidatnya yang memar akibat ia bentur ke dinding setelah kejadian di mana ia meminta anak perempuan yang menumpang hidup di rumah mereka masuk ke dalam kamar. Ia tak mengerti kenapa ia bisa bersikap konyol kemarin, padahal ia tak sedang mabuk. Jadi untuk apa ia menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamarnya?

Ia ... tak sedang cemburukan? Memikirkannya saja membuat bulu kuduknya meremang, pemikiran idiot darimana pula itu?

"Buang ke tempat sampah yang ada di depan pager, ya." bunda menyuruh Zifa membuang sekantong besar plastik sampah ke depan pagar rumah, gadis dengan wajah bantalnya itu berjalan riang sembari menenteng kantong kresek menuju teras rumah, sesekali ia akan mengayunkan plastik tersebut.

Gadis itu mematung beberapa saat di tangga teras, dari jarak sejauh ini ia dapat melihat sosok Zico yang berdiri di depan tempat sampah, kaki kecil itu hendak menuruni tangga namun urung dilakukan, ia hanya diam mengamati sosok pria yang berhasil membuat ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya setiap kali mata keduanya bersinggungan, sebenarnya ada apa dengannya?

Ia hanya berdiam diri di tempatnya menunggu Zico menyelesaikan sesuatu yang ia lakukan di depan tempat sampah, ia masih kepikiran tentang kemarahan pria itu kemarin, apa ia melakukan kesalahan? Seingatnya ia tak merusak buku yang ia sentuh di kamar Zico, jadi tak mungkin ia membuat kesalahan kan? Pria itu juga mulai bersikap dingin seperti awal mereka bertemu di dapur, Zico menganggap dirinya seolah-olah tak ada saat mereka berpapasan, ia juga tak memiliki cukup keberanian untuk menyapa pria itu lebih dulu dan menanyakan kenapa ia bersikap seperti dulu lagi, ia hanya tidak suka mereka diam-diaman.

Kaki kecil itu mulai bergerak saat Zico melangkah memasuki pagar rumah, ia tersenyum canggung saat mereka berpapasan, dan seperti biasa pria itu hanya melewati dirinya. Zifa menguatkan cengkramannya pada plastik sampah tersebut, seperti ada belati yang menancap di dadanya, rasanya sesak jika mengingat sikap dingin pria itu terhadapnya.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang