bab 20

34.7K 3.1K 77
                                    

bukan dunia yang terlalu sempit jika kita di pertemukan, kamu tahu takdir? mungkin seperti itulah aku dan kamu

🐰🐰🐰

Bunda mengomeli Salsa yang baru saja pulang dari sekolah, anak nakal itu menaruh buku mewarnai pemandangan yang hendak ia berikan untuk Zifa di dalam kulkas, bayangkan saja, bunda tak habis pikir di buatnya.

"Iya, janji gak di ulang lagi. Udah dong bun ngomelnya, telinga aku sakit. Lagian kan Salsa nggak sengaja, semalam gara-gara kakak, marahin kakak juga!"

"Bantu bunda masak, buat sambal sana!"

"Aku mau belajar, ujian bentar lagi."

"Sa!" tegur bunda, ia tahu gadis nakal itu hanya mengelak dengan kata 'belajar' sesampainya di kamar ia sudah menebak apa yang anak gadisnya itu akan lakukan, menonton drama di laptopnya.

"Abis itu jangan suruh-suruh lagi, janji? Aku mau belajar bun."

"Cuci sayur dulu, baru ke atas."

"Zifa aja gimana, kita ajarin dia biar pinter," bunda menyentil pelan kening anak perempuannya, "yang ada kelamaan bunda nungguin, udah sana kerjain apa yang bunda suruh bunda mau nyambal bentar lagi Zico pulang, bisa ngamuk kakakmu."

"Suruh aja makan di luar." dengusnya jengkel seraya mengambil blender dari samping lemari piring. "Lagian udah bapak-bapak masih aja tinggal di rumah orangtua. Nyusahin aja!"

"Bunda yang mau, di umur dua puluh lima tahun kakakmu udah ngotot maksa tinggal di apartemen, emang bunda aja yang ngga kasih izin. Kalo anak itu tinggal di apartemen bunda jamin ngga akan ada yang ngurus dia di sana, kalo di sini bunda bisa buatin dia sarapan, tau sendiri kan gimana batunya Zico, sarapan aja jarang maunya kopi melulu."

"Itu efek jomblo kelamaan gak ada yang nyuruh makan, mana semalam mau nyosor anak orang, mentang-mentang Zifa gak ngerti apa-apa dia perlakukan Zifa seenak jidat dia."

"Sopan dikit kalo ngomong, Sa!" tegur bunda tangannya terlihat sibuk membalikkan ikan lele yang sedang ia goreng, hari ini ia akan membuat menu kesukaan sang suami.

"Dia sakit, badannya panas terus muntah-muntah juga, aku ngiranya dia hamil keinget sama kelakuan kakak kemarin." jawab Salsa saat di suruh memanggil Zifa untuk ikut makan malam, gadis itu mendapati Zifa yang sedang bergelung di balik selimut bersama anak kucing yang entah dari siapa itu.

"Hah? Serius?" bunda buru-buru melangkah menjauhi dapur berjalan tergesa-gesa menuju kamar Zifa di lantai dua.

"BUN, AKU MAKAN DI KAMAR, YA!"

Dian mendorong pintu kamar, matanya mendapati tubuh seseorang di balik selimut ia melangkah perlahan-lahan mendekati ranjang gadis itu, kini matanya bisa melihat dengan jelas wajah pucat Zifa, "vitamin kemarin udah di minum?" tanyanya khawatir sembari mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang, Zifa menggeleng lemas.

Dian menaruh telapak tangannya di atas dahi gadis itu, "kamu demam, semalam begadang lagi?" ia mengusap-usap lembut kening yang di banjiri keringat itu, "semalam tidur jam berapa?"

Zifa menggeleng di balik selimut tebal itu, tenggorokannya terasa kering, perutnya kosong tak ada satupun makanan yang bisa ia telan, seharian ini ia hanya bisa bolak-balik masuk ke kamar mandi memuntahkan susu dan nasi goreng yang ia makan pagi tadi.

"Makan dulu ya, tadi pagi cuma sarapan nasi goreng,"

Zifa menggeleng, "dikit aja, ganjal perut doang abis itu minum obat baru boleh tidur."

Gadis itu menggeleng kembali, sebenarnya ia ingin makan namun entah kenapa hari ini benar-benar tak berselera, kalau saja ia tak memuntahkannya ia sudah menuruti kemauan Dian.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang