bab 32

35K 3.4K 364
                                    

ada yang kangen pak dosen? hm, gak ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ada yang kangen pak dosen? hm, gak ya.

playlist troye sivan angel baby

🐰🐰🐰

Dian berdiri mematung di depan pintu kamar putranya, kelihatannya gadis yang ia bawa ke rumahnya sedang berada di dalam sana, anak lelakinya terlihat sedang berbicara pada gadis itu.

"Gak usah khawatir kamu aman selama bersama saya." Dian mengerjapkan matanya yang mulai memerah, ia seakan tertampar dengan janji manisnya untuk melindungi anak perempuan itu dari ibunya, "nanti kita rawat sama-sama." ia masih ingat pernah mengatakan kalimat itu pada anak perempuan tersebut merawat rambutnya sampai tumbuh memanjang sembari menunggu ibunya datang menjemput.

"Mikir bun, dia di buang gara-gara apa? Bunda yakin pemilik panti mau berbaik hati menerima dia? Bukan cuma bisu bunda sendiri yang bilang dia punya kekurangan." air bening yang sedari tadi ia tahan-tahan akhirnya menetes membasahi wajahnya.

Ibu kandungnya saja berani berlaku kejam dan tak manusiawi menghajar gadis itu hingga babak belur, ia mulai ragu gadis itu bisa di terima jika ia antar ke panti asuhan, Salsa benar, orang-orang belum tentu mau merawat gadis penyandang disabilitas.

Dian membekap mulutnya agar suara isak tangisnya tak kedengaran sampai ke dalam, "saya kasihan sama kamu, nak." Dian mengipasi wajahnya supaya berhenti menangis, ia tak mau membuat satu rumah bertanya tentang wajahnya nanti yang sembab akibat menangis, "kurang ajar kamu, Zico. Bunda kasih pelajaran kamu biar menyesal!"

Dian tersenyum tipis mengingat pertemuannya dengan gadis manis itu, anak itu berlari kecil mengekori setiap langkah ibunya, tiba-tiba telapak tangan yang di penuhi memar itu mengarah seakan meminta sesuatu darinya, ia hanya meringis karena tak membawakan sesuatu, ia di minta buru-buru datang kemari jadi ia tak sempat mampir ke minimarket membelikan makanan untuk di berikan pada anak gadis Divia.

Selama Divia menjelaskan rencananya yang akan mencari kerja, perhatiannya hanya tertuju pada gadis itu, wajahnya yang di penuhi lebam dan rambutnya yang di pangkas tak beraturan berhasil mencuri perhatian Dian saat itu juga, ia ingin menanyakan penyebab luka-luka di wajah gadis itu kepada Divia, namun urung saat Divia membentak putrinya tepat di depan matanya, "duduk diem di situ!" kata Divia melotot kearah gadis itu sehingga membuat anak perempuan itu kembali duduk di lantai tepat di depan sofa yang mereka duduki, sesekali ia menoleh kearah Dian lalu buru-buru menundukkan kepalanya.

Dian tak kuasa, ia menangis tepat di depan kamar putranya, ia tak pernah menyesal membawa anak itu ke rumah ini, ia murni ingin merawatnya lalu menunjukkan kepada Divia bahwa gadis itu layak dan pantas untuk di sayangi, seakan ada belati yang menancap di dadanya, ia meremas bagian luar dada kanannya, "saya sayang sama kamu, saya gak mau kamu terluka karena putra saya, saya gak mau kamu di jadikan budak nafsu anak saya."

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang