bab 53

29.3K 2.3K 199
                                    

playlist jessi star

Zico dan istrinya sampai rumah ayah tepat jam sepuluh malam, rumah sudah dalam keadaan sunyi. Saat mobil miliknya ia masukan ke dalam garasi pintu rumah sudah di buka oleh bunda.

"Kok ngga genapkan 2 hari aja di sana?" serobot bunda sembari menerima kantong kresek pemberian dari putranya, bunda berkata demikian tentu ada alasannya berharap benih Zico segera bersemayam di perut Zifa.

"Banyak yang harus aku urus. Bunda udah makan?" Zico melangkah bersama sang istri ke dalam rumah, "udah. Kamar kamu belum bunda bereskan, Zic."

"Ngga apa-apa, Bun."

"Kamu ngga suka yang berantakan kan? Makanya bunda bilang genap kan 2 hari dulu di sana." Zico mengurut pelipisnya yang berdenyut sakit, "bunda, aku bilang ngga apa-apa, kalo emang kadonya yang bikin berantakan nanti aku sama Zifa tidur di kamar tamu aja." Zico menaiki tangga menuju kamar miliknya, seharian ini pikirannya hanya tertuju pada pekerjaan yang kini ia tekuni, ia sudah memutuskan akan berhenti mengajar dan kembali beroperasi di rumah sakit.

"Kalian mau langsung tidur?" bunda masih setia mengekor di belakang anaknya, "iya, kalo sempat mau buka kado bentar."

Bunda tersenyum lebar kakinya berhenti di tangga kelima, "jangan lupa buka kado dari bunda."

"Punya bunda nanti yang pertama aku buka."

"Yauda kalo gitu bunda taruh ini dulu di kulkas, jangan begadang bini kamu kelihatan capek." bunda tersenyum penuh arti kearah menantunya sebelum benar-benar menjauh dari kedua insan itu.

Zico memutar knop pintu, dan benar saja kamarnya jadi kelihatan sempit karena kado yang bunda maksud, "yakin masih mau buka kado sekarang, ngga besok aja?" tanyanya sembari membuka pintu kamar lebih lebar.

Zifa mengangguk seraya melangkah lebih jauh ke dalam, ia belum terbiasa masuk ke kamar Zico, sehingga hal itu membuatnya gugup sampai lehernya berkeringat.

"Kenapa selalu gemesin, sih." goda Zico sembari mengelus sisi wajah gadis kesayangannya tersebut, "jadi pengen saya cium," empunya pemilik wajah hanya mampu tersenyum malu-malu.

"Malah senyum," godanya lagi kali ini dengan telapak tangan menaruh anak-anak rambut yang menutupi pipi gadisnya ke balik telinga.

Keduanya sedang duduk dengan kaki bersila di atas ranjang, dengan beberapa kado yang hendak keduanya bongkar. Zico hanya memilih beberapa dan berniat membuka kado yang lain jika punya waktu senggang.

Dari bunda, ia langsung membuka kertas kado yang membungkus hadiah milik bunda.

"Bunda. Astaga," lirihnya tak percaya, bisa-bisanya bunda menghadiahi mereka dua puluh buah testpack dan beberapa daster ibu hamil, "bunda, mikir apaan sih." decaknya mendumel seraya menaruh jauh-jauh daster batik itu dari hadapannya.

Dari ayah & bunda, dan nama bunda kini menumpang di kado milik ayah.

Zico hendak menyisihkan kado tersebut namun tangannya keburu di tahan oleh Zifa, "aku ingin melihat apa yang bunda berikan." dan pria itu tak dapat menolak kemauan sang istri.

Gemes soalnya.

"Stres aku lama-lama, bunda." desahnya mulai lelah dengan tingkah aneh bunda, "beneran aku garap mantunya sampai berisi." decaknya melempar jauh-jauh lingerie dan 2 tiket bulan madu ke Bali. Tiket sudah pasti dari ayah dan jangan tanyakan ide lingerie ini dari siapa.

Sepertinya bunda kebelet pengin segera punya cucu.

"Kenapa kamu buang?" Zifa memungut barang yang Zico buang dengan kesal ke nakas berbeda jauh dengan hadiah pertama yang hanya pria itu taruh di samping pahanya.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang