Zico melongo memandangi gerakan isyarat gadis yang duduk bersila di depan kedua kakinya.
"Alisie bilang apa?" tanya Ben lagi pada bunda, "Alisie bilang dia ingat sama kamu," bunda melirik Zico sekilas sebelum kembali mengartikan gerakan isyarat gadis yang duduk lesehan di depan kaki putranya, "dia bilang kamu yang dulu dan sekarang tampak berbeda, kamu kelihatan sangat tampan. Dia juga nanya gimana kabar kamu selama kalian berpisah?"
Otot-otot di sekitar pelipisnya mengeras sehingga urat-urat mengerikan itu nampak kelihatan, bibirnya tersenyum masam mencoba mengabaikan gerakan isyarat gadis itu namun suara bariton pria bernama Ben itu kembali memancing emosinya.
"Kabar mas baik. Mas seneng kamu gak lupa sama kebersamaan kita dulu, kamu juga keliatan makin anggun, mas hampir jatuh cinta." ucapnya dengan nada menggoda di akhir kalimatnya membuat gadis pujaannya tersipu malu seraya menyelipkan anak-anak rambut yang berserakan di pelipisnya ke belakang telinga.
Ya, Tuhan. Ia tak ingin membunuh orang, tapi pria keparat di hadapannya seakan meminta untuk ia akhiri nyawanya!
"Ka-lian adik-kakak, kan?" entah kenapa hanya pertanyaan itu yang bisa ia tanyakan untuk saat ini, ia hanya ingin memastikan pria itu masih menganggap Alisie sebagai adik tak lebih.
"Ya, dulu-" Zico berdiri, ia melangkahi gadis mungil yang duduk di bawahnya membuat bunda dan adiknya menjerit akibat tindakan bodohnya tersebut, mengabaikan teriakan bunda ia menarik kemeja putih Ben hingga pria itu terpaksa berdiri dari sofa.
"Apa maksud kamu dengan dulu?!" Zico mencengkram kuat-kuat kerah kemeja pria itu hingga tampak kusut, Ben membalas tatapan nyalang yang di arahkan khusus untuknya, sudut bibirnya berkedut menahan senyum.
"Dulu dan sekarang Alisie tetaplah menjadi adik bagiku dan Moses," ujarnya santai menepis pelan kedua tangan besar yang mencengkram kemejanya.
Zico mundur selangkah, ia melirik bunda yang melotot kearahnya seakan mengode agar ia kembali duduk, pria itu menghela nafas lega seraya berjalan menuju sofa, tak berani menoleh ke arah gadis yang ia lompati tadi.
"Saya sampai jantungan liatnya," Kata Niko yang memegangi bagian dadanya, "lagian kamu juga, Ben!"
Ben hanya mendengus kecil, ia sudah tahu dirinyalah yang akan di salahkan di sini, "iya, sorry." ucapnya malas.
"Ben nggak salah, harusnya saya yang meminta maaf, di sini jelas putra saya yang bersalah, cemburu butanya membuat kita semua kena imbasnya!"
"Aku gak cemburu!" bunda mengabaikan protes dari anak lelakinya tersebut, "aku cuma, ya," ia kelihatan kebingungan menyusun kata-kata, "aku hanya nggak suka milikku di goda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen & Gadis Idiot
RomanceMenumpang hidup di rumah orang asing membuat gadis penyandang disabilitas yang di buang ibunya merasa semua orang memiliki jiwa dan hati yang tulus karena di perlakukan layaknya manusia oleh Dian, wanita yang membawanya masuk ke dalam hunian wanita...