jika membenciku adalah alasanmu bahagia, maka bencilah aku sesukamu, aku hanya tidak suka kamu menderita
🐰🐰🐰
Gadis dengan langkah kecil itu tampak terpesona pada pusat perbelanjaan yang baru saja mereka datangi, mulutnya tak bisa terkatup rapat, ia terlihat sibuk mengagumi mall besar itu. Ini kali pertama ia datang ke tempat seramai ini, ibunya tak pernah membawanya kemari, jangankan ke mall, melangkah keluar pagar saja kakinya tak di perbolehkan, selama hampir delapan belas tahun ia hanya di kurung di rumah kontrakan minimalis itu, ia tak masalah selama itu bersama sang ibu.
"Kita cari buah, kamu suka makan buah?" gadis yang di tanya tak menyahut, Zico melirik ke belakang, anak perempuan itu tertinggal jauh di belakangnya, "kemarilah." ia melambaikan tangan meminta anak perempuan tersebut mendekat.
Gadis itu melangkah tergesa-gesa mendekati Zico, ia membenarkan helaian rambutnya yang menutupi kedua pelipisnya, bibirnya tersenyum manis dengan kedua mata menatap lekat wajah Zico, "aku tidak pernah ke tempat ini," ungkapnya sejujur mungkin, "kamu selalu membawaku ke tempat-tempat yang belum pernah aku datangi, ibuku juga tidak pernah membawaku kemari,"
"Gak usah geer, saya bawa kamu karna kasihan." balas Zico datar mengedikkan bahunya mengabaikan gerakan isyarat yang sialnya selalu membuat jantungnya berdesir aneh.
"Kamu suka makan buah?" tanya Zico melanjutkan langkahnya mendahului anak perempuan itu, gadis itu mengejar langkah panjang Zico, ia tak bisa menjawab pertanyaan Zico jika ketinggalan di belakang, ia hanya bisa berkomunikasi dengan telapak tangannya saja, gadis itu menarik ujung kemeja bergaris-garis yang di kenakan pria itu, "aku tidak pernah makan buah."
"Bohong banget. Di hari kedua kamu tinggal di rumah bunda, saya liat kamu lagi makan buah stroberi, terus kemarin kamu bareng adik saya makan rujak di halaman belakang, bunda sampai marah karna kalian berdua manjat pohon mangganya ayah."
"Jika buah yang kamu maksud makanan yang aku dan gadis itu ambil, berarti aku pernah memakan buah," ia tersipu malu, "aku melakukan kesalahan lagi, aku tidak tahu tentang buah."
"Chie gak beli buku mewarnai tentang buah-buahan untuk kamu?"
"Aku tidak pernah memintanya, mungkin jika aku memintanya ibu guru pasti berikan, sekarang ibu guru sudah tidak ada." ia hendak menanyakan alasan pria itu membuang buku mewarnai yang tak sengaja ia temukan di tempat sampah, namun urung di lakukan ia tak memiliki keberanian yang cukup untuk menanyakan.
"Kamu suka semangka?" Zico mengangkat buah yang ia maksud, gadis itu menggeleng sembari mengingat-ingat apa Dian pernah memberikannya makanan yang pria itu tunjukkan padanya, "aku menyukai apa saja yang kalian berikan selagi itu membuat aku kenyang."
Zico tak percaya dengan gerakan isyarat gadis manis itu, "kenyang? Ibumu, dia gak pernah bilang kamu harus makan buah biar sehat?"
"Apakah itu penting?"
"Gila. Udah gak waras kamu nanya gini sama saya?" Zico berdecak geram sangking kesalnya pada pertanyaan konyol anak perempuan yang menatap lamat-lamat wajahnya, "kamu makan apa aja selama hidup bersama ibumu?"
"Aku tidak pernah memakan makanan lain selain nasi." Zico tak tahu harus bereaksi bagaimana, ia tak mungkin menangis layaknya cabe-cabean di mall ini hanya karena mendengar kehidupan malang seseorang yang menumpang hidup di rumahnya, "lagipula bila aku mengerti tentang buah, ibuku juga tak akan membawanya untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen & Gadis Idiot
RomanceMenumpang hidup di rumah orang asing membuat gadis penyandang disabilitas yang di buang ibunya merasa semua orang memiliki jiwa dan hati yang tulus karena di perlakukan layaknya manusia oleh Dian, wanita yang membawanya masuk ke dalam hunian wanita...