bab 44

26.8K 2.4K 1.4K
                                    

*benedict elios

Keributan mulut keduanya masih terus berlanjut, Ben sesekali meringis malu karena mereka jadi bahan tontonan orang-orang di sekitar warung tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keributan mulut keduanya masih terus berlanjut, Ben sesekali meringis malu karena mereka jadi bahan tontonan orang-orang di sekitar warung tersebut.

Ben mengusulkan mampir dulu ke warung nasi depan kantornya mengingat mulutnya tak lagi pernah mencicipi makanan kesukaannya tersebut, terakhir kali ia makan saat nongkrong bersama teman sekantornya, tiga bulan menganggur di rumah membuatnya merindukan kesablengan ketiga sahabatnya.

"Aku kan udah bilang aku ngga suka dada."

"Mas juga gak suka." ingin rasanya ia menjotos muka masnya, terus dia mesan sebanyak ini buat siapa anjir! Benak Moses berteriak murka.

"Kita bungkus aja, mas udahlah nyusahin orangtua sok keren mesan ayam sebanyak ini."

"Mas lagi suntuk, mas pikir kamu bakalan senang."

"Capek aku ngomong sama orang stres!" decaknya dengan mulut penuh nasi yang sudah di baluri sambal, "kita bungkus aja, kali aja mama suka."

"Ya, terserah." pungkas Ben mulai menikmati makanan di atas meja, "sebenarnya mas mau balik ke kantor tapi mas malu di ledek orang kantor gara-gara gagal nikah." Ben kembali bersuara membuat suasana di antara keduanya mulai serius, "dua kali loh kejadian kayak gini terjadi," pria itu memang tersenyum namun Moses tahu jauh di lubuk hati ada luka yang membekas hingga membuat Ben trauma, sampai harus keluar rumah minta di temani segala.

"Makan ngga usah ngomong, nanti tulangnya nyangkut di tenggorokan baru tau!"

"Kamu ngga ngerti gimana gundah gulananya perasaanku ini, Moses." Ben masih saja berbicara mengabaikan teguran sang adik kapan lagi coba ia bisa berbicara selepas ini.

"Kamu ingat adik angkat kita Alisie, dia udah mau ni-kah," Ben tak melanjutkan kalimatnya bola matanya berputar ke atas seakan teringat sesuatu, "MAS, INGAT SEKARANG!"

"Ben, anjing!" Moses sampai melempar tulang ayam yang baru ia emut ke muka Ben, "mas jambak mulutnya, Ses!" ancam Ben sembari membersihkan wajahnya yang basah bekas liur sang adik.

"Mas udah ingat siapa yang di dalem mobil tadi,"

"Mobil yang mana?"

"Sedan putih yang kita liat di lampu merah."

"Oh, siapa tuh?" tanya Moses menggoda masnya terkekeh geli saat matanya melihat ada daging ayam sekecil biji jagung di pipi Ben.

"Alisie, adik perempuan kita yang sering kamu jahili dulu." jawab Ben seraya menyisihkan tulang ayam ke atas meja warung, sementara itu adiknya sibuk mengulum bibir menahan diri untuk tak menertawakan kelucuan yang ia cipta di wajah abangnya.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang