"Cuma mimisan biasa?"
"Iya, dia cuma kelelahan, kurang tidur, anaknya sering begadang?"
"Ya?" ada nada ragu dalam suara Zico, ia sendiri tak tahu, apa gadis yang sedang berbaring di ranjang pesakitan saat ini sering begadang? Dan apa yang gadis itu lakukan semalaman jika perkataan Kinan barusan benar.
Mewarnai gambar hewan sialan itu?
Zico menaruh telapak tangannya di dahi, memijatnya mencoba mereda denyut yang menderanya.
Kepalanya nyaris pecah sejak anak idiot ini masuk ke dalam kehidupan keluarga mereka.
"Aku mau buat resep vitamin buat anaknya, kalo bisa kamu awasi dulu jangan sampai begadang lagi," Kinan berjalan menuju meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan meninggalkan Zico yang masih sibuk dengan segala kerumitan di kepala dan pikirannya.
Zico hanya mengangguk sebagai jawaban, kepalanya masih pusing banyak pertanyaan yang berkelebat di dalam kepalanya saat ini.
Apa dia marah pada dirinya sendiri karena mulai tertarik dengan kehidupan kelam gadis itu dan mengkhawatirkan keadaannya?
"Dia tidak datang mengajar?" tanya gadis itu sekali lagi kepada Dian, tangannya yang menggenggam buku mewarnai semakin mengerat, ia tersenyum tipis berusaha menyembunyikan kekecewaannya.
"Aku mengira ia akan datang hari ini, aku sudah menunggunya sedari tadi." ia masih saja mengulas senyum tipis, menatap Dian dengan mata yang mulai berkaca-kaca, "apa ibu guru besok akan datang kemari?"
"Tentu saja, sayang. Chie hanya izin hari ini, besok dia bakalan datang."
"Benarkah? Aku mengira ibu guru marah karena aku meminta buku mewarnai yang baru padanya sehingga ia tidak mau datang."
"Buku mewarnai yang baru?"
"Iya. Buku ini sudah aku beri warna. Ibu guru bilang aku anak yang hebat. Apa kamu ingin melihatnya?" tanpa di pinta gadis itu segera membuka halaman buku dan menunjukkan gambar hewan-hewan yang sudah ia beri warna, ia mendongak menatap wajah Dian, menanti wanita itu untuk memujinya.
Dian agak meringis melihat warna yang benar-benar hancur pada setiap hewan yang di tunjukan, meskipun warnanya tepat namun kelihatan, kotor.
"Wow! Cantik banget! Zifa emang anak yang berbakat pasti mama kamu makin bangga!" pujian Dian akhirnya mengalir juga meskipun wanita tersebut sempat bungkam, senyuman di bibir Zifa semakin melebar pipinya merona merah.
Zifa semakin tak sabar menunggu ibunya kembali, ia juga harus menunjukkan gambar hewan ini pada wanita itu. Ibunya pasti banggakan? Ia tak sabar menanti waktu itu tiba.
Zico melepas sepatu kerjanya dan menyusunnya ke rak sepatu yang berdiri di samping pintu utama kemudian kaki panjang itu melangkah ke dalam lagi dan lagi ia menemukan anak perempuan itu.
Di sana, ia sedang duduk selonjoran di depan sofa dengan halaman buku yang terbuka di atas meja.
Apa lagi kali ini?
Ia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, masa bodoh dengan anak itu. Ia sudah berikrar tak akan mencampuri kehidupan gadis itu, terserah ibunya memperlakukan dia seperti apa itu sama sekali bukan urusannya.
Zico mempercepat langkahnya sebelum gerakan isyarat gadis itu menahannya dan ia luluh kembali.
Kali ini ia pastikan ia tidak akan luluh!
Satu jam membersihkankan diri di dalam kamar, ia keluar untuk makan malam, sudah pukul sembilan lewat lima menit, tadi ia pulang pukul delapan dan rumah tampak sepi, hanya ada gadis itu yang sedang duduk di,
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen & Gadis Idiot
RomanceMenumpang hidup di rumah orang asing membuat gadis penyandang disabilitas yang di buang ibunya merasa semua orang memiliki jiwa dan hati yang tulus karena di perlakukan layaknya manusia oleh Dian, wanita yang membawanya masuk ke dalam hunian wanita...