Menumpang hidup di rumah orang asing membuat gadis penyandang disabilitas yang di buang ibunya merasa semua orang memiliki jiwa dan hati yang tulus karena di perlakukan layaknya manusia oleh Dian, wanita yang membawanya masuk ke dalam hunian wanita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aku mengira kamu juga mau menerima keterbatasan yang aku miliki
🐰🐰🐰
Divia membuka pintu utama dengan gerakan paling pelan, ia meremas gagang pintu saat mendapati anak itu sedang tergolek di lantai tanpa alas.
Divia menggigit bibir menahan sesuatu yang sesak menghantam dadanya, matanya mulai mengabur, salahkah jika ia membenci darah dagingnya sendiri? Inikah karma karena ia pernah mengatakan mengurus anak hanya akan merepotkan?
Divia melangkah sepelan mungkin supaya tak menimbulkan suara yang kapan saja bisa membuat gadis kecil itu terbangun dari tidurnya, ia hanya tak sanggup melihat anak itu, anak itu hanya mengingatkan dirinya kepada Hiro yang telah hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.
Divia menahan nafas saat betisnya di sentuh sesuatu yang dingin, ragu-ragu ia melirik ke bawah di mana gadis kecil itu tadi tertidur, kini ia sudah duduk bahkan tangannya sudah bertengger menahan betisnya.
"Kamu sudah pulang?" bocah berusia tujuh tahun itu segera berdiri, tangannya tampak merapikan poninya yang di pangkas tak beraturan, "apakah kamu bawakan aku makanan?"
"Tidak ada makanan hari ini."
"Tapi aku sudah tidak tahan, semalam juga kamu tidak bawakan aku makanan, apakah kamu tidak bisa pergi dan kembali lagi?"
"Dengar," Divia mencengkram kuat dagu kecil itu, "tidak ada makanan, jangan sekali-kali mengaturku kalau tidak mau aku usir dari rumah ini!" gadis itu hanya diam tak berani melakukan perlawanan sampai Divia menghempas kasar wajahnya hingga terlempar ke samping.
Zifa menunggu ibunya di samping pagar, sesekali gadis itu akan melambaikan telapak tangannya ke arah anak-anak yang baru saja pulang dari sekolah, seakan memanggil mereka mendekat namun baik anak perempuan dan laki-laki tak ada yang menanggapinya.
"Aku melihat banyak manusia di depan, bolehkah kamu membawa mereka untukku?" dini hari itu saat Divia membawakan makanan untuknya ia mengungkapkan keinginannya tadi siang, sayangnya Divia tak peduli pada gerakan tangan yang di penuhi bekas luka itu.
🐰🐰🐰
Salsa menciumi kunci mobil milik sang kakak, melempar benda itu keatas lalu dengan sigap menangkapnya, begitu sampai ia lelah.
Salsa keluar dari dalam rumah sembari bersiul kecil, ia tampak modis dengan memakai kaos crop top yang memamerkan bagian perutnya yang mulus, dengan bawahan celana hot spants dan tambahan sepatu sneaker berwarna kuning.