Menumpang hidup di rumah orang asing membuat gadis penyandang disabilitas yang di buang ibunya merasa semua orang memiliki jiwa dan hati yang tulus karena di perlakukan layaknya manusia oleh Dian, wanita yang membawanya masuk ke dalam hunian wanita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bunda melirik jarum jam yang tergantung tepat di atas lemari televisi, "udah tengah malam, pulangnya di antar sama anak tante ngga apa-apa kan?" bunda bertanya dengan bibir mengulas senyum hingga gadis yang sudah mengenakan kembali sepatu bertumitnya tak segan menganggukkan kepala, "ngga apa-apa, tan."
"Bentar aku ambil jaket dulu, suruh Alisie ambil jaketnya juga." lelaki yang sudah tampak kelelahan itu beranjak dari sofa melangkah menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada, meskipun ragu bunda menuruti maunya Zico, bahkan bunda sendiri yang mengambilkan jaket untuk Alisie yang sibuk mengelus-elus bulu Momo, kucing dewasa milik Salsa, pemilik hewan berbulu itu sudah masuk ke kamar beberapa jam yang lalu saat obrolan menyenangkan mereka berlangsung.
"Hati-hati bawa mobilnya!" pesan bunda setelah mengantarkan ketiganya sampai ke teras rumah, "pulang langsung ke rumah, jangan kelayapan kamu!" kali ini bunda berbisik saat mengatakannya.
Suasana di dalam mobil terasa amat hening, terlihat dari ketiganya yang memilih bungkam seakan tak ada yang berminat untuk membuka percakapan, gadis yang mengenakan jaket kulit berwarna coklat di sampingnya sesekali menguap lebar bukti jika ia benar-benar sudah mengantuk berat, mencipta rasa sesal dalam diri Zico karena telah mengajak gadis itu ikut serta hanya untuk mengantarkan mahasiswinya, ia hanya tak mau selama dalam perjalanan mengantar Haru mereka di selimut kecanggungan mengingat gadis itu pernah mengajaknya malam malam.
"Tadi siang emang ngga tidur siang?" ia mulai bersuara mencoba membunuh suasana sepi, "aku sibuk bersama bunda, kami melakukan banyak hal."
"Oh, ya? Apa aja?" ia melirik sekilas kaca mobil, Haru yang duduk di bangku belakang tampak acuh tak acuh selama ia mulai bersuara menanyakan kegiatan gadisnya seharian ini.
"Kami membeli banyak makanan, aku suka." jawabannya membuat Zico diam-diam menarik sudut bibirnya, "kamu emang suka makan."
"Aku juga suka kamu." tangan itu bergerak ragu, rona merah mulai menjalar ke wajahnya akibat gerakan tangan yang ia ciptakan, beruntung cahaya di dalam mobil lumayan temaram hingga ia tak perlu malu jikalau pipinya harus terbakar.
Zico tak melanjutkan percakapan keduanya, ia tak mau mengambil resiko mereka di timpa kecelakaan jika percakapan ini masih terus berlanjut, "kamu mau di antar sampai depan rumah?" tanyanya mengalihkan pembicaraannya bersama Alisie.