bab 55

32.5K 2K 263
                                    

"Hamil?"

Satu rumah di buat heboh dengan kabar kehamilan Zifa.

"Kamu serius? Zifa hamil?" bunda sampai bertanya kesekian kali seakan-akan masih tak dapat mempercayai pendengarannya barusan. Baru beberapa bulan yang lalu bunda menuntut untuk segera di berikan cucu, secepat itu putranya berubah pikiran?

"Iya."

"Sudah berapa minggu?" tanya Hosea yang juga tampak serius perihal akan di berikan cucu.

"Dua minggu."

"Ini beneran, Zico? Kamu nggak lagi prank boong-boongan gitu kan?" tanya bunda masih tak dapat mempercayai kabar yang putranya sampaikan.

Pandangan bunda segera tertuju pada Zifa yang tampak lahap menyantap sarapan paginya, "kok dia ngga mual?"

"Masih dua minggu bunda," bola mata bunda tiba-tiba berubah penuh binar, "bunda ngga sabar nunggu perutnya gede."

"Pasti gemoy." Salsa menyahut kalem, "biasanya ibu hamil di tiktok kalo perutnya udah gede gitu mereka gemesin banget." Zico melotot tajam pada sang adik, "kamu ngga usah nonton aneh-aneh."

"Nontonnya sama Zifa juga kok." sebuah senyum misterius terbit di bibir sang adik, hingga sebuah decak keluar dari bibir penuh Zico.

Sarapan pagi itu di selimuti kegembiraan, keluarga Hosea semakin tak sabar untuk segera menimang cucu dari putra sulung mereka.

Sorenya Zico sibuk mendekam di kamar bersama sang istri yang terlihat sibuk menonton sesuatu di ponsel yang pria itu berikan beberapa bulan yang lalu.

"Saya jarang loh ada waktu di rumah begini, tapi kamu malah sibuk main hape." seakan-akan tak mendengar apapun Zifa masih saja sibuk menggulir layar ponselnya, terlalu menikmati tontonan di ponselnya, sampai akhirnya tangan nakal Zico mampir di dada bulat sang istri, meremasnya pelan sebelum kemudian membuka butir-butir kancing piyama gadis itu.

Mulut pria itu segera memasukkan puting mungil yang sudah mengeras kedalam mulutnya, menyusu layaknya bayi kelaparan, jemarinya sibuk menarik-narik puting yang menganggur kode agar istrinya tak lagi sibuk pada benda sialan itu.

"Zico, kamu mengganggu." Zifa menarik paksa rambut bagian depan Zico hingga mulut pria itu harus terlepas dari benda kenyal kesukaannya, rautnya dipenuhi gurat kesedihan.

Zifa segera menaruh ponselnya di atas nakas mendapati raut sedih yang terpancar di wajah sang suami, dengan penuh kehati-hatian ia menyodorkan bagian dada yang tadi pria itu kulum.

"Kamu masih mau?" seakan-akan sedang menawarkan makanan gadis itu mengarahkan dadanya pada Zico yang hanya bisa melongo dengan mulut terbuka lebar, "udah kayak nawarin gorengan kamu nyodorin dada begitu."

"Aku bertanya apa kamu masih mau?" Zico tak menanggapi pertanyaan dari sang istri namun tangannya bergerak menarik pinggul Zifa yang sedari tadi duduk bersandar di punggung ranjang membawanya ikut serta berbaring sepertinya, "kamu harusnya peka ngga perlu nanya, kamu mau kamu mau." decaknya menggeram tak suka dengan mulut mulai merayap memasukan puting merah muda istrinya.

Zifa mengelusi tengkuk suaminya sesekali jemari itu menarik-narik anak rambut di bagian belakang Zico.

"Saya belum rela harus berbagi makanan sama bayi kita nanti," wajah Zico mendongak menatap wajah istrinya, "harusnya dari dulu aja saya kecup-kecup puting kamu kalo tau beberapa bulan lagi dada ini udah punya anak kita."

Otak Zifa tak dapat fokus menerima apa yang Zico ucapakan, pria itu berbicara sembari mengulum dadanya hingga bulatan daging kenyal itu di penuhi liur Zico.

"Enak banget, ya?" goda Zico tersenyum jahil melihat bola mata istrinya mulai memutih bukti ia mulai terangsang. Zifa tak menghiraukan gurauan pria itu, lengannya memeluk erat kepala Zico agar berhenti berbicara dan memperdalam cumbuannya.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang