bab 7

35.8K 3.4K 67
                                    

rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa ibuku menerima anak lain sedangkan aku ia telantarkan

playlist kim hanbin remember me

***

"Aku hamil, Hiro."

"Gak mungkin, aku gak pernah lupa pake pengaman, kamu jangan mengada-ada. Gak lucu."

"Aku mengandung anakmu, sialan!" sentak Divia mulai jengkel saat pria itu tampaknya mengelak dengan kabar yang baru saja ia sampaikan, "kamu harus nikahi aku, aku gak mau nanggung malu gara-gara ketauan hamil di luar nikah."

Hiro memijit dahinya yang mulai berdenyut sakit, kepalanya seakan berputar-putar mendengar tuntutan Divia yang ngotot untuk segera ia nikahi.

"Aku gak bisa, istriku bisa marah kalo kabar ini sampai ke telinganya."

"Terus gimana nasib aku dan anak kita?!" Divia mulai tersulut emosi, bisa-bisanya pria brengsek itu baru memikirkan istrinya setelah tahu ada janin yang bersemayam di rahimnya.

"Dasar pembual!"

"Maafin aku, Fia, aku janji bakal tetap nikahi kamu."

"KAPAN HIRO?! PERUT AKU LAMA-LAMA MAKIN BESAR!"

"Aborsi, kamu aborsi saja janin itu."

"Gila kamu! Otak kamu masih berfungsi kan minta aku aborsi anak ini? Ini anak kita, darah daging kamu! Aku gak mau bunuh anakku."

Divia tak menuruti kemauan gila keparat yang sudah mencampakkannya, ia tetap mempertahankan janin di dalam perutnya dan melahirkannya dengan bantuan bidan.

🐰🐰🐰

Divia menatap lekat-lekat anak perempuan yang berdiri di hadapannya, inikah anak Fiona?

"Halo, Haru." sapanya semanis mungkin, "kenalin tante Divia calon mama sambung buat Haru, salam kenal manis." sapanya hangat dengan sudut bibir tersenyum lebar.

"Oh." respon Haru acuh memalingkan wajahnya ke arah lain, "Haru!" tegur Sang ayah tak enak hati melihat respon putrinya barusan.

"Salam kenal juga tante, udah ya Haru laper, buru-buru kemari jadi gak sempat makan siang!" Haru melirik malas steak yang entah milik siapa di atas meja, steak ini, makanan kesukaan sang mama.

Mama lagi.

Haru memejamkan kedua matanya, rasa sesak itu kembali menghimpit rongga dadanya kalau boleh jujur ia tak siap punya ibu tiri, ia tak sanggup menyebut wanita lain dengan sebutan mama, cukup mamanya hanya mamanya.

Jangan nangis Haru, jangan nangis tolong jangan menangis.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Divia nada suaranya sarat akan kekhawatiran melihat wajah Haru yang memucat.

Dosen & Gadis IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang