PART :41. GO TO PUNCAKArsyala memandang buku novel yang ia pegang ditangannya, novel yang ia beli bersama Hilwa, ia memikirkan bagaimana ia harus memberikan novel ini pada Humay.
"Gua kasih lewat Hilwa aja kali ya?" Tapi terlintas di benak perkataan Hilwa siang tadi
"Gua gak mau ya? Pokoknya lu harus ngasih sendiri Novel itu ke Humay"
"Dahlah gimana besok aja..." Arsyala menaruh Novel keatas nakas yang ada di sampingnya.
Arsyala mengecek beberapa perlengkapan untuk besok, ponselnya yang berada diatas nakas bergetar, ia pun melihat siapa yang mengirimnya pesan. Dan ternyata itu Agam.
Bang Agam
Besok lu sama Hilwa dateng ke rumah gua dulu, bareng gua aja naik mobil.
Me :
Ok
Ia pun menaruh Ponsel ketempat semula. Arsyala melirik Novel tersebut, ia bingung antara ingin memberikan novel tersebut pada Humay atau tidak, jika tidak lalu kenapa ia malah membelinya. Ia ingin memberikan novel tersebut langsung pada Humay tapi ia gengsi.
"Gua bawa aja dulu deh" Lalu Arsyala memasukkan Novel itu kedalam tas ranselnya. Ia langsung naik keatas kasurnya untuk pergi tidur.
Sedangkan disisi lain Humay sedang tidak bisa tidur, ia ingin segera pagi dan pergi kepuncak, ia begitu antusias untuk liburan kali ini. Biasanya ia hanya pergi ke Aceh tempat tinggal Umar, atau tidak ia pergi keluar negeri yaitu pergi ke rumah kakeknya yaitu Malaysia.
Lagi-lagi Humay melihat pada jam yang tertempel di dinding sudah menunjukkan pukul 12.30, ia menggerutu kesal karna tidak bisa tidur, sudah berkali-kali ia memejamkan matanya tetapi gagal untuk terlelap.
Ia pun pergi ke kamar mandi untuk membasahi kaki tangan serta lehernya menggunakan air, sudah menjadi kebiasaan Humay saat ia sulit untuk tidur. Menurutnya hal itu bisa membuat tubuhnya dingin dan cepat tertidur. Setelah ia melakukan hal itu ia naik keatas kasurnya. Sebelum memejamkan matanya ia berdoa terlebih dahulu.
Beberapa menit kemudian dia sudah pergi ke alam mimpinya, setelah Humay terlelap tiba-tiba ada seseorang laki-laki yang berpakaian serba hitam. Dia berada di balkon kamar Humay, laki-laki tersebut terus memantau keadaan kamar Humay. Ia mengintip dari jendela yang gordennya sedikit terbuka.
Walaupun kamar Humay dalam keadaan sedikit gelap dan hanya ada lampu tidur yang menyala ia masih bisa melihat dengan jelas wajah Humay yang sedang tertidur.
'saat tidur dan dalam keadaan gelap, kamu masih terlihat cantik'
'i love you and good night My Princess'
'tunggu aku cantik, setelah usiamu cukup untuk menikah. Aku akan kembali lagi'
batinnya lalu ia pun pergi lagi dengan cara yang sama saat ia datang ke balkon kamar Humay, yaitu naik dari sebuah pohon yang berada didekat kamar Humay.
Ia perlahan turun dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara kegaduhan, apa lagi sekarang kediaman As-shidiqi dijaga ketat oleh penjaga. Tetapi ia masih bisa untuk menemui gadisnya itu. Ah bahkan dia sudah mengklaim bahwa Humay adalah miliknya.
'Arsyala tidak akan bisa mendapatkanmu' batinnya setelah keluar dari kediaman As-shidiqi dengan aman. Ia berjalan dengan sedikit menunduk agar tidak ada yang melihatnya. Walaupun ia memakai topi dan masker.
"Bagaimana tuan? Anda sudah menemui gadismu untuk terakhir kalinya?" Tanya seseorang yang berpakaian formal membuka kan pintu untuk laki-laki yang baru saja menyelinap masuk kedalam kediaman As-shidiqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK DIDUGA [END]
Teen Fiction"Opsi cinta dalam diam adalah pilihan terbaik bagi gua" _Humayirah_ Yuk langsung baca dari pada penasaran. ⚠️Warning Sebelum baca jangan lupa follow dulu ya^_^⚠️ " Sesuatu yang ditakdirkan untukmu, tidak akan menjadi milik orang lain, dan Sesuatu y...