58. Berpisah

88 25 3
                                    


Jangan lupa untuk vote dan komen.
Terimakasih 🤍

PART 58. Berpisah



"Airah... Terima kakek-"

"Tapi dengan Syarat Airah mau menikah setelah Airah menjadi dokter."

Kakek Fadly langsung memeluk cucu perempuan satu-satunya. Lalu ia mengecup puncak kepala Humay.

"Tidak apa-apa nak. Keluarga Calon suamimu juga tidak mempermasalahkan jika kamu akan melanjutkan kuliahmu dulu." Ucap kakek Fadly lembut.

Humay tersenyum ceria, ia kira pihak keluarga dari calon suaminya tidak akan setuju dengan hal tersebut.

"Tapi kakek Airah pengen kuliah dia luar negeri apa boleh?"

Kakek Fadly mengangguk setuju. "Boleh. Tapi kamu pakai cincin ini dulu ya. Sebagai tanda bahwa kamu sudah menerima perjodohan ini."

Humay mengangguk lalu ia memasangkan cincin tersebut ke jari manisnya. Ia tersenyum melihat cincinya sangat pas pada jari-jari nya yang mungil.

"Abi... Umi... Bunda..."

"Semuanya lihat..."

Humay mengangkat tangannya yang menggunakan cincin yang tadi ia gunakan.

"Princess nya keluarga Ash-Shiddiqi udah ada yang punya nih... Kalian seneng gakk???" Ucapnya sambil tersenyum manis

Percayalah, sebenarnya Humay menutupi kesedihannya dengan cara tersenyum seperti saat ini, ia akan melakukan apapun demi keluarganya bahagia. Meskipun ia harus mengorbankan rasa cintanya pada lelaki lain.

Semuanya mengangguk sambil tersenyum senang dan Humay melihat raut wajah seluruh keluarganya yang sangat bahagia.

'ya Allah selalu jaga mereka, buat mereka selalu bahagia...' batin Humay

Umi Annisa tersenyum manis, ia tahu putri itu sedang menutupi rasa sedihnya, ia sangat tahu Humay sangat terluka karena menerima perjodohan ini.

Karena ia sudah pernah berada diposisi Humay saat ini, merelakan orang yang ia cintai demi untuk keluarganya agar bisa bahagia. Tetapi umi Annisa sangat  merasa beruntung karena orang yang dijodohkan dengannya adalah Ahmad Ash-Shiddiq cinta pertamanya.

'Allah punya jalan tersendiri untuk membuat hamba nya bahagia wahai anakku'

••°°°••

Disatu sisi Arsyala tengah termenung di balkon kamarnya. Ucapan dari teman-temannya terus berputar-putar dalam benaknya

"Gini aja Ar, dari pada lu galau gak jelas gini. Gua kasih saran mendingan lu bilang sama Humay, mau engga dia nungguin lu sampe lu lulus kuliah. Gua yakin Humay pasti mau dia juga suka sama elu." Saran Surya

"Tapi gua gak mau bikin Humay nunggu. Dan gua takut bikin dia kecewa."

"Yehh ribet kalo kaya gini mah, udah lakuin aja dulu yang di saranin Surya nanti lu bisa tau jawabannya dari Humay dia mau nunggu apa engga. Kan enak kalo lu udah dapet jawab langsung dari Humay." Tambah Rayhan

"Nahh bagus tuh sarannya Ar. Biar lu fokus buat kuliah disana, dan ketika lu gak banyak fikiran kan enak siapa tau lu lulus dalam waktu singkat." Komen Fadel

Flashback off

"Waktu keberangkatan gua ke Inggris hanya tinggal tiga hari lagi."

Ya, setelah mengadakan perpisahan kelas XII akan dilaksanakan dua hari lagi, dan sehari setelah kelulusan Arsyala akan langsung pergi ke Inggris untuk melanjutkan studinya.

"Arghhh gua bingung!"

••°°••


D

ua hari berlalu, kini kelas XII sedang melaksanakan acara perpisahan.

"Wihh selamat ya bro lu dapet predikat siswa terbaik" ucap Surya memberi selamat pada Arsyala.

Yap, selain meraih juara satu umum Arsyala mendapatkan apresiasi dari sekolah berupa siswa terbaik.

"Alhamdulillah, terimakasih"

"Jangan lupa Ar nanti malam makan-makan kita, soalnya besok lu udah berangkat."

"Iya nanti malam kita ke markas. Sekalian gua titipin Eljabali ke Marcel selama gua kuliah disana."

"Weee mantap dah pak bos. Eh iya jangan lupa ya hari ini hari terakhir lu bilang ke Bu bos. Jangan sampe engga bilang. Inget Ar kesempatan gak Dateng dua kali."

Arsyala tersenyum tipis. "Iya insyaallah"

"Gua kesana dulu ya." Pamit Arsyala.

"Yoi Ar. Gua tau lu lagi cari-cari Bu bos kan? Gua kasih tau deh tadi gua liat dia lagi ditaman sekolah kebetulan dia lagi sendiri jadi enaklah buat kalian obrolin."

"Gua gak mau berduaan aja. Gua bakal aja Hilwa." Bantah Arsyala.

"Semoga sukses!" Pekik Fadel

Arsyala menaruh dua jarinya di dekat Alis "Salam sukses!"

"BERHASILLL!" jawab inti Eljabali serempak.

Arsyala melihat Humay yang sedang duduk dibangun taman dan ternyata gadis itu tidak hanya sendirian ia didampingi oleh keduanya bestinya

"Eh ada kak Arsya nih, kita tinggal dulu ya Hum." Pamit Liza tak enak

"Kalian berdua disini aja. saya cuman ada yang mau diobrolin sebentar sama Humay."

"Humayirah boleh ikut saya sebentar, hanya di sana aja." Tunjuk Arsyala pada tempat yang tak jauh dari posisinya sekarang.

Humay beranjak dari duduknya, "boleh kak ayo"

"Kalian jangan kemana-mana." Titah Arsyala

Liza dan Hilwa mengangguk.

.....

"Boleh saya bertanya?" Kini Arsyala langsung to the point ia bertanya pada Humay tetapi dengan tetapan mengarah kearah depan.

"Seandainya kamu saya pinta untuk menunggu saya apa kamu siap?. tapi ingat ini HANYA SEANDAINYA! " tekan Arsyala

Humay mendongak menatap kearah Arsyala yang berada disampingnya. "Kak Arsya tau engga?"

"Menunggumu adalah hobiku, sedangkan hobimu adalah meninggalkanku" ucap Humay tersenyum tipis.

"Kak Arsya besok keluar negeri gak bilang-bilang sama Humay."

"Tanpa kak Arsya pinta Humay siap untuk menunggu kak Arsya."

Arsyala menoleh sebentar lalu ia menatap ke arah depan lagi "Tapi jangan menunggu saya Humayirah" ucapnya sambil menggeleng

"Humay mau kak!"

"Jangan menunggu saya Humay! " bantah Arsyala ia tidak terima jika Humay harus menunggunya.

"Larangan kakak adalah perintah bagi Humay."

Nafas Arsyala kian menderu, pertanda ia sedang marah, ini salah dirinya seharusnya ia tidak melakukan hal ini.

"Tapi..... "

"Bagaimana aku bisa menunggu kakak, kalau aku."

"Sudah dijodohkan dengan orang lain"



















































Btw bentar lagi end nih wkwk
Udah siap belum?

TAK DIDUGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang