SATU

14.6K 452 5
                                    

Vivi membuka kedua mata perlahan, dia berusaha bangun dari tempat tidur dengan susah payah dan mendadak merasakan sakit di kepala.

"Ini dimana?" Vivi berusaha mengingat kejadian semalam dengan kepala sakit.

Semalam dia mengunjungi kakek tunangan di rumah sakit setelah menghadiri meeting manajemen di hotel. Saat itu dia bertemu dengan Krisna, tunangannya bersama seorang wanita dewasa yang cantik seperti model di luar ruangan.

Vivi menghela napas melihat tangan tunangan memegang tangan wanita itu, dia sudah bisa menebak kalau wanita itu salah satu kekasih tunangannya. Selama masih bertunangan, Vivi tidak akan keberatan. Itulah yang diajarkan keluarga tunangan.

Semua orang di dalam ruangan terdiam begitu Vivi, Krisna dan wanita itu masuk ke dalam ruangan bersamaan.

"Kakek, Vivi sudah membuatkan sup kesukaan Kakek." Senyum Vivi sambil meletakan isi tas yang dibawanya ke atas nakas tempat tidur rumah sakit.

"Hari ini kamu sudah kerja keras, para manajer tadi memuji hasil kerjamu," puji ibu Krisna.

Vivi terkejut, selama ini ibu Krisna selalu menatap sinis dirinya dan sekarang memuji? apakah hasil kerja kerasnya selama ini diakui?

"Terima kasih."

Entah kenapa semua orang tersenyum sinis menatap dirinya. Ah, tak apa. selama diakui calon ibu mertua maka-

"Sudah berapa tahun ya kamu tinggal di rumah kami?" tanya Ibu Krisna.

"Sepuluh tahun," jawab Vivi. Ia mengingat tanggal kecelakaan kedua orang tua yang menyebabkan dirinya dititipkan di rumah keluarga Aditama hari itu juga.

Ibu Krisna tersenyum dan menepuk tangan Vivi. "Berarti sudah saatnya kamu keluar dari rumah kami."

Senyum Vivi lenyap.

"Sekarang kondisi kakek sudah stabil, nenek juga sudah bisa mendapatkan perawatan terbaik, hotel-hotel keluarga kami sudah bisa menghasilkan pendapatan bersih lalu kami akan memberikan kompensasi yang sesuai untuk kamu."

Kami?

"Ah, coba minum ini dulu." Wanita yang dibawa Krisna memberikan secara paksa sebuah gelas ke Vivi. "Ini untuk merayakan kemenangan kami makanya kami berkumpul disini."

Vivi menundukan kepala dan menatap gelas di tangan dengan mata berkaca-kaca.

"Minum, bersulang."

Vivi menarik napas panjang, lalu meminum sampai habis.

Ibu Krisna dan Krisna tersenyum puas melihatnya.

Tak lama, entah kenapa Vivi merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya, ia ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa tidak bisa mengacaukan suasana bahagia di tempat ini, karena tidak mau mengganggu ia memutuskan pamit pulang dan terburu-buru keluar.

Setelah berusaha keras mencapai parkir mobil, ia tidak menemukan satupun mobilnya.

Vivi menelepon sopir, tidak diangkat. Telepon rumah pun tidak ada yang mengangkat. Di tengah guyuran hujan dan susah payah melangkah dengan mata berkabut berusaha menahan air mata, ia mencari mobil.

Vivi melihat seluruh tangan membengkak dan ia juga merasakannya di wajah. Vivi melihat spion kaca mobil orang lain, seluruh wajah bengkak memerah. Rasa mual menghampiri.

"Kamu baik-baik saja?"

Vivi mengangkat kepala. Ia melihat seorang pria tinggi yang sedang memegang payung menutupi mereka berdua dari hujan.

Perlahan kesadaran mulai memudar. Dan sekarang, entah berapa lama ia terbangun di sebuah kamar yang tidak dikenalnya.

"Itu-"

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang