TUJUH PULUH SATU

3.9K 344 42
                                    

Beberapa jam sebelum kejadian.

Darren yang masih lemah, didudukkan di sofa empuk dengan kedua tangan di ikat di belakang. Kesadarannya berangsur pulih.

Rosalin menjerit. "Ayah, ayah sudah sadar? tolong aku!"

"Tuan besar, tolong kami!" teriak perawat pribadi Darren.

"Tolong kami!"

"Tolong kami, tuan!"

Teriak orang-orang yang dikenal Darren. Tidak, mereka bukan hanya sekedar kenalan tapi juga selingkuhan Darren.

Apa yang terjadi?

"Darren, sayang. Kamu sudah bangun?" tanya Agni yang masuk ke dalam ruangan dengan memakai gaun pengantin lama dan memegang buket berisi tulip merah, tulip kuning dan bunga higanbana.

Semua orang yang sudah duduk di kursi masing-masing, menjerit ketakutan. Kursi itu ditempel melekat ke tanah secepat mungkin dan para tawanan diikat erat di kursi, letak kursi di samping kiri dan kanan, memberikan jalan untuk Agni lewati dengan kursi mahal yang ditempati Darren.

"Agni," desis Darren. "Dasar pembunuh!"

Agni yang cantik mulai berhalusinasi, melihat wajah Darren yang tampan dan muda seperti dulu dia nikahi, tatapan matanya terluka.

"Aku tahu hal yang tidak boleh kuketahui, ayah kandungku sebenarnya membenci ibu ku karena dijodohkan secara paksa. Menghasilkan aku, anak kandung yang tidak dia cintai." Agni memiringkan kepalanya. "Hanya kita berdua yang tahu cerita ini, tidak ada yang mengetahuinya. Ups, mungkin para selingkuhanmu juga mendengarnya."

Darren menatap ngeri Agni. "Apa yang kamu katakan?"

Agni berjalan perlahan sambil membuang satu persatu bunga di dalam buket. "Kamu tahu arti bunga yang aku pegang, suami tercintaku?"

"Tulip merah melambangkan cinta abadi kita berdua saat meminta izin Tuhan untuk menikah, tulip kuning melambangkan cinta tanpa harapan setelah aku mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini dan Higanbana yang melambangkan kematian cinta kita." Seringai Agni.

Darren menatap ngeri Agni. "Agni, hentikan. Sudah cukup, luka ku masih belum mengering."

"Sama, luka ku juga belum mengering." Agni menunjuk dadanya.

Setelah mencapai kursi Darren, Agni mengangkat roknya dan duduk di atas pangkuan suaminya, impian sejak dulu sebelum Darren berubah.

Air mata Agni mengalir, make up mahalnya masih melekat dan tidak melunturkan wajah cantik yang dimakan usia.

Agni mengeluarkan alat kejantanan Darren dan menyatukan tubuh mereka.

"AGNI! KAMU SUDAH GILA!" teriak Darren.

"YA, AKU MEMANG SUDAH GILA!" bentak Agni lalu mencium bibir Darren dengan paksa.

Darren berusaha menghindar, Agni memegang erat kedua pipi Darren dan berciuman. Agni mulai bergerak.

Kedua tangan Darren mengepal ke belakang.

Rosalin melihat interaksi kedua mertuanya dengan bingung. "Ibu, jika ibu memang ingin melakukannya dengan ayah. Lepaskan aku dulu, aku berjanji tidak akan mengatakannya ke Reza."

Agni tidak menjawab, dia konsentrasi melayani Darren.

Darren menggeram dan ingin mencekik leher Agni.

Setelah merasa puas, tanpa melepas penyatuan mereka. Agni memeluk leher Darren, kepalanya bersandar di bahu. Menikmati kemesraan mereka. "Sudah berapa tahun kita tidak bersama?"

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang