"Bagaimana?" tanya pegawai fo dan reservasi yang berkumpul di ruang reservasi.Pegawai fo yang ditugaskan, menggeleng kepala dengan miris. Malam ini mereka semua harus bekerja keras menangani tamu sendirian.
"Apa kita telepon supervisor saja?" tanya salah satu fo.
Evi yang sedaritadi mendengar, mendecak keras. "Kalian lupa waktu itu tuan muda marah karena tamu menurun? Tuan muda mengancam para supervisor untuk mencari tamu."
"Tapi kan tidak adil, departemen fo, hk dan keuangan tidak tahu apapun. Itukan tugas marketing dan reservasi!"
Waktu itu Evi juga ingin komplain tapi Eve dan lainnya melarang para bawahan buka suara, pasalnya mereka rentan dipecat oleh tuan muda satu ini sementara mereka harus bertahan bekerja di pandemi ini. Banyak hotel ditutup bahkan pegawai dirumahkan karena tidak bisa menutup biaya operasional, beberapa hotel mampu bertahan karena kebaikan hati pemilik hotel atau pemilik hotel memiliki bisnis selain hotel.
Andaikan nona Vivi ada disini, meskipun hanya menunjukan wajah. Itu sudah bisa membuat tamu tenang, sayangnya nona Vivi tidak ada dan tamu yang datang adalah kumpulan pejabat yang tidak bisa disinggung orang awam.
Semua orang berpikir keras memikirkan solusi, hingga akhirnya Evi menyerah dan menghubungi nona Vivi. Meskipun masih muda dan kurang berpengalaman, setidaknya nona Vivi memiliki ide secepat kilat daripada para pegawai disini yang sudah lelah seharian bekerja secara fisik dan mental.
Vivi yang masih sibuk dengan dokumen, sesekali disuapin Reza mendengar nada dering yang dikenalnya di saku jas Reza yang disampirkan di belakang kursi tempat Reza duduk.
Reza tidak bergerak, justru sibuk makan dan menyuapi Vivi yang duduk di seberangnya dengan dipisahkan meja kerja besar.
Vivi yang tidak tahan, berkomentar. "Itu handphone saya? Boleh saya mengangkatnya?"
"Apa kamu merindukan Krisna?"
Vivi mengerutkan kening. Kok dia yang dibahas?
"Hotel yang ditangani Krisna sekarang bermasalah, beberapa rekanan yang kamu ajak dengan susah payah mulai ancang-ancang angkat kaki."
"Hah? Padahal aku butuh waktu lama untuk bertemu mereka."
"Benar, itu gara-gara pihak karyawan rekanan bertengkar dengan ibu dan adiknya. Tentu saja kamu bisa menebak mana yang akan dibela anak itu."
Vivi menggigit bibir bawahnya. "Apakah mereka mengambil uang penghasilan rekanan setiap hari?"
"Ya, bahkan melebihi fee dari perjanjian."
Vivi menyandarkan dagu di meja sambil menerima suapan dari Reza, setelah menelan makanan dengan susah payah, ia kembali bertanya. "Apakah anda juga menekannya?"
Reza menghentikan tangannya yang sedari tadi memotong daging steak lalu menatap Vivi. "Kenapa?"
"Hah?"
Reza tidak mengulangi pertanyaannya.
Vivi menegakan badannya dengan takut. "Itu-"
"Kamu ingin berselingkuh dengan pria lain?"
"Bukankah justru kita yang berselingkuh?" tanya Vivi dengan cepat. "Anda sudah menikah dan memiliki anak, sementara saya adalah tunangan putra anda."
Reza kembali memotong steak lalu menyuapi Vivi. "Anak itu selingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain, kamu masih membelanya? Apakah kamu tidak ingin membalasnya?"
Vivi menerima suapan Reza dengan gemas, sambil mengunyah, ia bertanya. "Membalasnya dengan apa? Perselingkuhan? Anda tahu, pria di luar sana berselingkuh merasa dirinya terhormat dan orang sekitar juga tidak akan menyalahkannya bahkan, sebagian orang pasti selalu mengkritik istri yang ditinggalkan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]
RomanceVivi dijodohkan dengan Krisna sejak kecil, seiring berjalannya waktu Krisna mulai menjauh dan tidak bersikap seperti dulu lagi, bahkan Krisna melamar seorang wanita di hari ulang tahunnya. Mengetahui calon menantunya disiksa di rumah istri dan anak...