Sesampainya di hotel, Vivi disambut hangat front office, bellboy. Vivi menyapa mereka lalu mendengarkan curhatan sekilas mengenai tamu, Vivi merasa bisa tertawa lepas jika bersama mereka.
"Anda tahu, saya bertemu tamu dari ibu kota. Beuh, sombongnya minta ampun. Saya kasih senyuman malah dikasih cemberutan terus komplain kalau botol airnya kurang tapi merasa bayar mahal kamar."
Vivi pernah mendengar ini dari supervisor house keeping. Rata-rata hotel hanya menyediakan satu atau dua botol minum gratis, mengenai ukuran atau jumlah tergantung kebijakan hotel sementara jika tamu mengambil lebih dari batas ketentuan maka harus dibayar. Kadangkala ada tamu yang komplain mengenai jumlah botol gratis.
"Mereka kan memang bayar kamar paling mahal."
"Iya, tapi gak mau rugi."
"Ah, aku ingat! mereka suruh-suruh kita tapi tidak memberikan tip. Yah, kalau gak bisa kasih tip setidaknya ramah kek, murah senyum kek."
Vivi tersenyum saat mendengarkan sambil geleng-geleng kepala.
Evi yang keluar dari ruang reservasi, terkejut. "Vivi, kamu sudah lama sampai sini?"
Vivi menggeleng. "Baru aja."
"Kita ke kamar yuk, aku sudah nyediain obat disana," ajak Evi.
"Lho, mbak Vivi mau dibawa kemana? kan baru saja dengerin curhatan kita."
"Iya."
Evi berdecak. "Kalian lupa cerita tadi pagi?"
Semua orang sontak terdiam lalu menatap kasihan Vivi sementara Vivi hanya tersenyum sedih.
Evi menarik tangan Vivi lalu menyeretnya ke kamar terdekat.
Sesampainya disana. Vivi melihat Eve, saudara kembar Evi yang merupakan marketing hotel dan video call dengannya tadi pagi sudah berada di dalam kamar.
Eve melambaikan tangannya, "Coba buka bajunya. Aku cek baru kita ke klinik terdekat."
Vivi ragu.
"Kenapa diem aja?" tanya Evi.
Vivi tersenyum sedih lalu menuruti panduan Eve.
___Krisna membaca laporan yang diberikan para manajer hotel, ia tersenyum melihat pendapatan hotel yang meningkat. Dengan begini ayah pasti akan mengakuinya sebagai pewaris. Biar bagaimanapun keluarga Aditama hanya memiliki satu anak laki-laki.
"Apa yang membuatmu tersenyum?" Almira masuk ke dalam ruang kerja Krisna dan membawakannya camilan di atas nampan.
"Pendapatan hotel kita meningkat."
"Bagus dong, itu berarti kerja keras kamu tidak sia-sia."
Krisna tertawa keras. Lihatkan, istri cantik dan model sangat memperhatikan dirinya lalu memuji dengan suara lonceng. Betapa sempurnanya hidup ini.
"Jadi sebenarnya Vivi datang ke hotel hanya untuk main-main ajakan?"
Krisna mengerutkan kening begitu mendengar nama perempuan itu muncul. "Manajer hanya melapor kalau dia kerjanya bersih-bersih atau membantu bagian departemen yang receh-receh."
Krisna tidak tahu kalau para manajer dan supervisor sengaja menyembunyikan bakat Vivi.
Almira meletakan camilan di samping dokumen Krisna. "Anak semuda itu pasti pikirannya hanya main-main, aku sendiri juga dulu gitu kok. Mungkin sudah saatnya kamu melepas dia dari hotel."
Tangan Krisna terhenti saat mendengar perkataan Almira.
"Pikirkan reputasi hotel-hotelmu."
Krisna memikirkan saran Almira. "Dia juga sudah membantu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]
RomanceVivi dijodohkan dengan Krisna sejak kecil, seiring berjalannya waktu Krisna mulai menjauh dan tidak bersikap seperti dulu lagi, bahkan Krisna melamar seorang wanita di hari ulang tahunnya. Mengetahui calon menantunya disiksa di rumah istri dan anak...