SEMBILAN BELAS

5.1K 339 20
                                    


Balas dendam?

"Tidak ingin balas dendam?"

Vivi tidak pernah memikirkan itu, semenjak ia datang ke rumah dan diperlakukan tidak pantas, ia hanya diam dan tidak memikirkan balas dendam, ia justru berpikir keras mencari kesalahan untuk diperbaiki dan jika dirinya diusir, dia hanya akan bisa berpikir positif karena memang tidak dibutuhkan lagi.

Tapi sekarang ia tidak menyangka kalau separuh hotel itu adalah milik ayahnya termasuk rumah yang mereka tempati.

"Bagaimana dengan rumah sakit?"

"Kamu ingin tahu?"

Vivi mengangguk.

"Rumah sakit itu diambil ayahku juga, dan sekarang fasilitasnya dipakai dia atas namaku, sebagai anak berbakti, saya tidak mungkin mengabaikannya."

Vivi menggertakan gigi. "Sejak kapan?"

"Apanya?"

"Sejak kapan rumah sakit itu pindah pemilik?"

Reza menyeringai. "Rumah sakit itu tidak pernah pindah ke tangan orang tua itu, mereka hanya mengandalkan dirimu hanya saja istriku terlalu bodoh mengikuti trik pak tua itu dan Krisna terlalu mengikuti nafsu. Dia mengajukan diri sebagai wali tapi ditolak pengadilan, karena saya sudah meminta Putra sebagai walimu."

"H- hah? apa?" Vivi tidak salah dengarkan?

"Putra harus mau."

Vivi bisa membayangkan Putra hampir menangis ketika disodori surat wali dirinya. Bayangkan, belum menikah dan tidak punya pacar sudah harus menjadi wali seorang anak.

Kenapa Vivi tahu? karena saat itu Putra sering mengeluh betapa kejam atasannya soal pekerjaan meskipun gajinya lumayan. Vivi berani bertaruh, Putra menerima itu di bawah paksaan.

"Sejak kapan dia menjadi wali saya?

"Sehari setelah kecelakaan orang tua kamu. Jika saya tidak melakukan itu- keluarga dari pihak ibumu akan datang ke kota ini untuk mengambil rumah sakit dan cabangnya."

Vivi merenunginya.

Choky mengintip pemandangan belakang melalui kaca mobil. Pemandangan yang tidak terduga, cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya supaya tidak ketahuan. Si bos sedang memainkan rambut non Vivi sambil sesekali mencium rambut itu.

Choky bergidik ngeri. Sepulang nanti, ia harus menarik Putra untuk menemaninya ke orang pintar, siapa tahu si bos sedang kerasukan.

Bos yang ia ikuti selama ini tidak pernah bersikap ramah ke wanita, hanya saja ia pernah memergoki pantat bosnya ditampar seorang bule tampan saat menghadiri pesta perusahaan asing di luar negeri. Bukannya menatap jijik atau marah, si bos malah mengabaikannya.

Putra pernah memergoki hal sama, hanya saja itu ajakan tidur salah satu pengusaha asing ke bosnya. Si bos mengabaikannya, tidak mengerutkan kening, menatap jijik atau bersikap kasar. Tapi Putra berpikiran positif karena pengusaha asing itu orang berpengaruh, pasti si bos tidak mau menyinggung perasaannya.

Choky akhirnya berpendapat sama. Wanita dan pria tetap saja berbeda di mata seorang pengusaha. Mungkin bagi si bos, wanita yang menggesek dada di tangan pria lain lalu memakai pakaian seksi untuk merayu merupakan wanita tidak berotak yang beliau benci, terbukti dengan perilaku istri si bos zaman dulu ketika mendengar cerita para pelayan senior keluarga Aditama.

Vivi sudah mengambil keputusan. "Saya tidak ingin balas dendam, saya hanya ingin seluruh harta keluarga saya kembali."

"Kamu memaafkan mereka yang menyakitimu?"

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang