EMPAT PULUH DUA

4.5K 269 5
                                    


Darren, ayah Reza. Memutar kepalanya begitu mendengar pintu dibuka, ia tersenyum melihat siapa yang datang.

"Erika."

"Kakek." Erika mengangguk lalu meletakan buah di atas meja.

"Mana ibumu?"

"Ibu masih di parkiran tadi, ada yang ketinggalan di mobil," jawab Erika lalu melihat seorang pria duduk di sudut ruang. "Ini-"

"Perawat kakek, menggantikan anak tidak becus itu."

Erika puas dengan reaksi kakek. Tidak pernah ada tempat untuk anak kampung di keluarga Aditama. "Kakek, Erika sebentar lagi ulang tahun. Kakek datangkan?"

"Ya, tentu saja."

Erika bersorak kegirangan. Kalau dua orang tetua keluarga Aditama berkumpul, gengsi di kalangan sosialita akan naik.

Rosaline masuk ke dalam kamar Mateo. "Hallo, ayah."

"Melihatmu bahagia, aku jadi bertanya-tanya. Apakah putramu akhirnya berkumpul denganmu?"

Senyum Rosaline menghilang. "Berhenti mengejekku, ayah."

Darren mengangkat salah satu alis. "Dia masih belum pulang meskipun anak yatim itu sudah pergi?"

"Belum, tapi dia mengizinkan anak-anak masuk ke rumah utama di waktu tertentu dan kami akan pergi ke pesta amal bersama."

Darren tertawa. "Akhirnya anak itu luluh, dia memang harus memperhatikan keturunannya."

"Kenapa ya, ayah bersikeras menjodohkan anak itu dengan kakak? Padahal tidak cocok dengan garis keluarga kita, kalau politikkan bisa membantu masa depan kakak dan ayah." Cemberut Erika.

"Ayah kamu memang dari dulu begitu. Oh ya, kamu kenapa ikut kesini?"

Erika memeluk tangan ibunya. "Kakek, Erika maksa ibu buat ikut- sebentar lagikan ulang tahun Erika dan mau pergi ke pesta amal, boleh minta uang buat beli gaun nggak?"

Darren menaikan salah satu alisnya yang sudah beruban. "Bukankah ibumu punya banyak uang?"

"Ini gara-gara kakak." Cemberut Erika.

Darren menatap Rosaline dengan tatapan bertanya.

Rosaline menghela napas berat. "Almira punya ide untuk memiliki hubungan dekat dengan salah satu politikus besar yang memiliki usaha restoran, dengan meningkatkan laporan penjualan restoran."

"Politikus ibukota?"

"Ya."

"Bukankah itu butuh waktu lama?"

"Tidak, karena Almira punya beberapa kenalan yang bisa membantu menyebar gosip."

Darren mengangguk. "Kapan ada pemilihan umum?"

"Sebentar lagi."

"Sebaiknya cepat nikahkan mereka berdua, Almira sudah hamilkan?"

"Ya, diusahakan setelah pesta ulang tahun Erika dan Krisna juga berjuang mendapat pengakuan ayahnya."

"Jangan lama-lama, citra Krisna tidak boleh buruk di mata masyarakat."

"Aku akan ingat itu."

Erika menadahkan tangannya. "Mana kakek?"

Darren yang masih duduk di atas tempat tidur, membuka laci nakas paling atas dan memberikan kartu ke Erika. "Belanja sesukamu."

Erika teriak girang lalu pamit meninggalkan ruangan.

Darren memiringkan kepalanya. "Dia sudah dewasa, aku berencana menjodohkannya dengan pengusaha kenalanku."

"Dia masih kecil, waktunya belajar."

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang