ENAM PULUH

4.7K 327 11
                                    


Setelah Reza mendengar cerita dari Riri atas saran Kinara di dalam mobil.

"Kinara bilang, ini proyek besar dan membutuhkan dana besar, mengingat kamu berencana akan melebarkan sayap ke luar negeri dan masalah pribadi yang mencuat ke publik di pesta amal, lebih baik cerita semuanya ke kamu."

"Ya, seharusnya begitu." Reza mengangguk setuju sambil mengusap perut rata Vivi. "Lagipula sekarang kamu pemimpinnya."

Vivi melihat tangan Reza di atas perutnya. "Apa yang kamu lakukan?"

"Aku bertanya-tanya, setiap malam kita selalu melakukannya. Apakah kamu tidak hamil?"

Choky dan Putra yang sedari tadi minum kopi di kursi sopir dan penumpang, sontak menyemburkan minumannya dengan terkejut.

Vivi menatap aneh Reza, lama-lama dia tidak terkejut dengan kalimat absurd suaminya. "Dan kenapa kamu berpikiran seperti itu?"

"Kamu tidak melihat wajah bangga Adelio saat menceritakan anak-anaknya? diantara rekanku, yang paling tua adalah aku tapi yang punya anak paling banyak adalah Adelio meskipun dua diantaranya bukan anak kandung. Aku kesal melihat wajah konyolnya."

Tuan, bukankah anda sudah punya dua anak dewasa?. Teriak Putra di dalam hati.

"Jika Tuhan tidak memberikan dalam waktu dekat bagaimana?" tanya Vivi.

Reza menaikan salah satu alisnya. "Kamu mempertanyakan keahlianku?"

Vivi menggeleng cepat dan segera mengoreksi kalimatnya. "Maksudku bukan begitu, kan ada pasangan suami istri yang tidak dikaruniai anak secepat itu. Apakah kamu akan kecewa?"

Reza menjadi tidak mengerti. "Apakah kamu tidak ingin memiliki anak secepatnya?"

Putra balik badan. "Tu- tuan! nona maksud saya nyonya baru berusia delapan belas tahun, kalau bisa lebih baik melahirkan di usia sekitar dua puluhan supaya ibu dan anak selamat saat dilahirkan."

Reza mengerutkan kening. "Aku punya anak di usia sekitar enam belas tahun, apakah berbeda antara wanita dan pria?"

"Melahirkan dan mendonorkan, jelas berbeda." Putra hampir menjerit putus asa. "Sebaiknya anda coba ke dokter kandungan, usia berapa yang baik supaya nyonya bisa melahirkan dengan selamat."

Reza menatap Vivi yang tersenyum canggung. "Tapi kamu mau punya anak, kan?"

Vivi menggigit bibir bawah Reza. "Siapa yang tidak mau?"

Reza menyeringai lalu mencium istrinya, mendorong Vivi hingga bersandar di kursi. Mengabaikan duo jomlo, korban malpraktik adegan tidak senonoh atasannya.

Putra segera balik badan dan tertawa kesal sementara Choky hanya bisa menggertakan gigi.

---

Reza dan Vivi mencari cara supaya bisa melaksanakan rencana mereka, merger itu berarti mengizinkan pihak luar memeriksa segala kegiatan dan dokumen dari pihak Kinara. Hal inilah yang bisa dijadikan celah untuk Vivi, dalam pemeriksaan dokumen.

Dua hari kemudian Kinara mengajak Reza dan Vivi bertemu dengan kakaknya di kafe milik sepupu teman Vio, istri Alex.

Dimas menjelaskan dengan detail ke Vivi. "Pertama, kita akan melakukan uji tuntas keuangan yang mencakup ulasan dari laporan keuangan rumah sakit minimal dua tahun, tapi begitu mendengar kata defisit dari Reza, sepertinya aku harus menambah tahun."

Vivi menghela napas berat. "Aku sempat membaca laporan keuangan satu bulan saja untuk dipelajari, sesuai saran Kinara tapi malah membuatku pusing. Inilah yang aku takutkan, mereka memberiku laporan palsu."

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang