TUJUH PULUH DUA

3.8K 303 5
                                    


Vivi menerima dokumen laporan investigasi kebakaran rumah. Malam setelah kebakaran, Reza dan Vivi menginap di rumah Vivi sementara teman-teman dekat lainnya membantu mengamankan dokumen dan barang-barang yang bisa diselamatkan.

Sudah hampir satu minggu kejadian itu berlalu, abu kedua orang tua Reza disebar ke laut sesuai permintaan ibunya, sementara yang lain sudah dimakamkan oleh keluarga masing-masing.

"Kebakaran berasal dari ruang makan lantai satu, meja disingkirkan lalu kursi di letakan di sebelah kiri dan kanan seolah membuat jalur jalan lalu di ujung adalah sofa yang diduga ditempati dua orang."

Nina merinding mendengarnya. "Apakah itu adalah ibu dan ayah mertua kamu?"

Vivi mengangguk pelan. "Tubuh mereka hancur tapi di puing ada sisa potongan kain gaun pengantin dan kain baju pasien. Jadi itu pasti ibu dan ayah."

"Tubuh yang lainnya utuh dan sudah gosong, ada Rosalin di dalam kan?" tanya Kinara.

"Ya, tes Dna di gigi cocok," jawab Vivi.

"Bagaimana dengan suami kamu?" tanya Vio prihatin. "Dia pasti syok, kehilangan kedua orang tua sekaligus."

Vivi menghela napas panjang. "Dia menangis malam itu dan memutuskan istirahat, tapi hari selanjutnya memilih ikut investigasi bersama Efan. Jadi yah, disinilah aku sekarang. Di kantor menangani semua bisnisnya."

"Untung kamu bisa diandalkan," Kinara mengangguk setuju. "Oh ya, para korban yang diculik dan mati itu pasti keluarganya minta pembalasan."

"Apa yang mau dibalas? pelakunya sudah mati, lagi pula awalnya yang memulai ya para korban itu, sekarang begitu korban nya mulai bertindak malah minta pertanggung jawaban? yang benar saja!" kata Yumi.

Vivi tidak mengerti kenapa ibu mertuanya melakukan hal itu, Reza pun tidak begitu memahaminya. Pernah terbesit keinginan Vivi untuk mencari paranormal atau siapalah yang bisa bicara, menceritakan kejadian sesungguhnya.

Reza menolak, dia ingin orang tuanya hidup tenang tanpa diganggu. "Mau mereka masuk surga atau neraka, itu pilihan mereka. Jangan ganggu mereka."

Vivi tidak mengungkitnya lagi, padahal dia tahu kalau Reza takut. Jika Reza tahu alasan sebenarnya, dia takut tidak bisa bangkit lagi. Lebih baik tidak tahu.

"Kalian tahu, mendengar paman selamat diberondong peluru saja aku merasa di luar logika, apalagi soal kenekatan bibi." Kinara menggeleng sedih, "Dulu waktu kecil, aku melihat mereka berdua mesra dan menyayangi Reza, tidak ku sangka selama ini hanya kedok."

"Aku tidak tahu apa yang dialami bibi di masa lalu tapi sepertinya, bibi sudah terlalu lama memendam semua kesedihannya," sahut Vio.

Vivi melihat dokumen di atas pangkuannya. "Mungkin, aku dan Reza juga merasa bersalah karena ibu harus melewati semua itu sendirian. Seharusnya kami lebih peka lagi, tidak konsentrasi melawan mereka."

Sementara di luar, wartawan mengerumuni Almira dan Krisna yang memakai pakaian serba hitam dan kaca mata hitam. Almira menunjukan gestur sedih, menyangga tubuh di Krisna.

Kematian politikus bergelar malaikat membawa duka untuk warga lokal. Polisi tidak mau mengumumkan hasil investigasi dengan tujuan menghormati para korban. Para netizen tidak terima dan menuntut investigasi diumumkan.

"Bagaimana bisa mereka tidak mengumumkannya, pasti terjadi sesuatu atau bisa saja malaikat kita dibungkam orang atas."

"Aku dengar, suaminya selingkuh dengan wanita muda. Jangan-jangan suaminya yang membunuh? dia kan kaya dan berpengaruh."

"Bisa jadi!"

"Kita harus menuntut keadilan."

"Kebenaran harus ditegakkan."

Lalu tak lama, muncul foto-foto Vivi saat bersama Reza. Entah itu di malam pesta amal, hotel atau di halaman rumah. Netizen mulai menunjuk Vivi.

"Ingat kasus lady Di, gak? yang pangeran Charles seumur hidup tidak bisa menikah tapi akhirnya bisa menikah dengan selingkuhan karena kematian lady Di."

"Eh, jangan-jangan kasus ini sama? kalau tidak salah, si malaikat dan suaminya punya dua anak kan?"

"Ya, salah satunya kalau tidak salah punya hubungan dengan anak polutikus juga."

"Vivi ini siapa sih?"

"Vivianne Hutama, orang tuanya sudah meninggal dan dibawa pulang ke rumah Aditama. Eh, malah jadi pelakor."

"Ih, gila ya! menghalalkan segala cara supaya bisa naik ke tempat lebih tinggi!"

"Najis!"

Setelah itu muncul berbagai macam meme Vivi, postingan gambar memalukan dan juga narasi fitnah lainnya.

Vivi menghela napas panjang ketika membaca semua postingan itu. "Biarkan saja," komentarnya lalu meletakan handphone di atas meja.

"Kamu yakin tidak akan menuntut mereka?" tanya Kinara.

"Aku tidak mau membuang waktu, lebih baik konsen ke bisnis. Karena ayah sudah meninggal, otomatis tidak ada halangan aku mengambil rumah sakit, tapi masalahnya-" Vivi tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Hutangnya cukup banyak, aku mengerti. Di situasi seperti ini, kemungkinan pendapatan bisnis suami kamu menurun apalagi jika masyarakat tahu kamu pewaris rumah sakit itu. Untung saja kita cepat-cepat melakukan merger, serahkan itu ke tim ku. Kamu cukup mengawasi dan melihat hasilnya."

Vio meletakan gelas teh. "Aku dengar hasil tes dna keluar. Bagaimana hasilnya?"

Vivi menggigit bibir bawah. "Itu-"

---

"Saat ini kamu sudah tidak punya keluarga lagi, group Aditama hanya bertumpu padamu. Kamu sudah bertemu dengan keluarga lainnya?" tanya Hendra setelah melihat hasil tes dna.

"Ya," angguk Reza. "Mereka tidak mau terlalu ikut campur sejak kematian kakek dan pengusiran ayah. Mereka sudah menduga hasilnya akan seperti ini."

"Ibu posesif dan ayah obsesif, hasil yang mengerikan." Geleng hendra sambil melepas kaca mata. "Selama ini, om selalu melihat kejadian di luar nalar kita jadi tidak heran saat mendengar cerita dari Jo mengenai ayah kamu yang masih selamat setelah diberondong peluru, orang normal pasti sudah mati. Mungkin Tuhan mengabulkan doa ibu kamu supaya bisa mati bersama."

Reza tersenyum sedih. "Apakah cinta posesif bisa menghasilkan-"

"Oh ya, tentu saja. Secara psikologis cinta posesif itu sangat berbahaya apalagi jika dipendam bertahun-tahun. Om mengenal salah satu orang posesif, dulunya dia tidak memiliki apapun tapi setelah memiliki segalanya, dia menjadi posesif dan merasa dominan. Ibu mu juga sama, dia sempat ditelantarkan ayahnya. Tidak ada yang menyelamatkan ibu mu, bagi dia cintanya itu normal tapi bagi orang lain, itu sangat menjijikan." Cerita Hendra.

Arka menepuk punggung Reza. "Sekarang hasil tes dna, kamu adalah sepupuku. Jika ayah mu bisa hidup normal dan tidak terpaku dengan harta keluarga Aditama, mungkin kita bisa berkumpul dengan bahagia sekarang."

Hendra menatap lurus Reza. "Istri kamu yang mengurus semua bisnis?"

Reza mengangguk.

"Jangan dibiarkan terlalu lama, jam terbangnya belum tinggi. Tujuan kalian sudah tercapai sekarang jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

"Masih ada Krisna dan Erika," kata Reza.

Arka sudah mendengar soal Erika. "Jadi, kamu tidak tahu ayah kandung Krisna? apakah kamu tidak mencoba tes dna ulang?"

Reza menimbang.

Hendra mengangguk setuju. "Lakukan tes dna ulang sebelum terlambat. Tapi sebelumnya, kamu harus melindungi istri kamu. Dia sedang diserang netizen, mereka tidak terima dengan kematian istri siri kamu. Rupanya dunia luar tidak tahu posisi sebenarnya Rosalin."

Reza kembali mengingat masa lalu, selama ini dia mengabaikan keberadaan istri siri dan anak-anak sehingga mereka bertiga cenderung semena-mena.



Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang