"Siapa?"Vivi menggeleng. "Tidak tahu."
"Kamu bisa melihat nama, kecuali tidak kamu simpan."
Tanpa melihat layar, Vivi sudah tahu siapa yang menelepon. Nada lagu itu khusus dibuat untuknya.
"Itu suara kamu?"
Vivi tidak menjawab. "Saya minta maaf atas gangguan tadi."
Putra menatap kagum Vivi. Ternyata suara nyanyiannya bagus.
Choky memiringkan kepalanya dan tertawa hehehe. Oh, mungkin ini sebabnya si bos terpikat, nyanyiannya bagus apalagi kalau sudah di atas tempat tidur, pasti lebih bagus.
"Mulai darimana kita tadi. Ah, soal kamar. Saya rasa kita bisa menawarkan fasilitas kamar untuk orang-orang kaya yang kena virus dengan kerja sama runah sakit."
Reza menghentikan kegiatan nakal kakinya. "Kerja sama ya."
"Bukankah itu bagus jika kita bisa bekerja sama dengan rumah sakit? saya yakin, pasti ada salah satu cabang rumah sakit di Bali yang mau bekerja sama."
"Sayangnya itu hanya klinik kecil yang akan ditutup."
Vivi memiringkan kepalanya. "Ditutup?"
"Tidak ada pengawasan disana, orang itu berencana menutup aset klinik."
"Tapi masih ada dokter 'ķan?"
Reza menggeleng pelan.
Tidak mungkin mencari dokter disaat pasien mulai meningkat di rumah sakit besar. Padahal rencana dadakan Vivi untuk mengawasi sekaligus.
Vivi mendecak kesal. "Ck."
"Ada ide lain?" tanya Reza.
Vivi merenung lalu mengangguk. "Bagaimana kalau bantu saya fokus menangani city hotel."
"Untuk menjilat nyonya dan tuan muda? tidak!" manajer keuangan pusat menolak keras ide itu.
"Tidak. Fokus kita sekarang adalah mengembalikan suntikan modal untuk menutup biaya operasional lainnya sekaligus membantu operasional di Bali. Ekonomi di Jawa, guncangannya tidak separah di Bali karena tidak hanya mengandalkan sektor pariwisata."
"Lalu mengabaikan bagian Bali?" tanya manajer operasional pusat.
"Tidak, kita jalankan saja rencana yang disetujui lalu kita fokus mengembalikan suntikan dana, setelah selesai baru kita fokus di Bali."
Manajer keuangan pusat melirik Reza sementara yang dilirik mengetuk-ngetuk jarinya di meja.
Berarti yang kita rapatkan dari tadi tidak berguna?
"Masalah resort di Bali dan lainnya-"
Semua orang kembali menyimak Vivi.
"Bagaimana jika seperti ini-" Vivi mulai menjelaskan idenya yang disetujui Reza dan manajer lainnya.
Selesai rapat, para manajer kembali ke pos masing-masing sementara Choky masih dihukum dengan ganti ruangan sekretaris Putra lalu bos mereka tentu saja mengunci diri berdua.
Putra menatap kagum catatannya. "Nona Vivi benar-benar pintar."
Choky mendengus. "Hanya menyampaikan pendapat seperti itu, semua orang juga bisa."
Putra mencibir. "Kenapa kamu tidak bilang ide itu di meeting?"
Bahu Choky terkulai sementara kedua tangannya masih memegang buku berat di atas kepala dan dia masih duduk bersimpuh. "Tidak kepikiran."
"Huh." Putra mengalihkan pandangannya ke catatan. "Restoran dijalankan seperti ide awal nona Vivi, mau tidak mau tuan harus setuju dan akhirnya toko depan souvenir dijadikan satu dengan restoran sementara restoran dekat pantai tetap eksklusif, jika ingin makan disana harus ada tambahan biaya dengan catatan no full guest exclusive. Kita tidak bisa memberikan diskon berlebihan untuk resort ternama kita tapi kita bisa memberikan tambahan pelayanan yang para tamu inginkan, tentu saja para pegawai disana pasti tahu kebutuhan tamunya."
![](https://img.wattpad.com/cover/300473556-288-k313828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]
RomanceVivi dijodohkan dengan Krisna sejak kecil, seiring berjalannya waktu Krisna mulai menjauh dan tidak bersikap seperti dulu lagi, bahkan Krisna melamar seorang wanita di hari ulang tahunnya. Mengetahui calon menantunya disiksa di rumah istri dan anak...