Darren Aditama ditembak oleh istri di depan umum, tidak ada yang tahu apa motif yang dilakukan sang istri. Tapi, kabar yang kami dapatkan bahwa Darren Aditama menelantarkan anak dan istri sahnya, berselingkuh dengan banyak wanita.Akibatnya sang istri jatuh sakit dan tidak pernah hadir bersosialisasi, para sosialita pun gempar. Inilah beberapa komentar para sosialita yang kami temui.
"Gimana ya, si Agni ini tidak pernah neko-neko. Selalu mengutamakan kepentingan suami dan anak, saat suaminya selingkuh pun, dia jatuh sakit karena terlalu shock. Suaminya diusir dari rumah sama keluarganya sendiri, cuma dia lho yang bela."
"Benar."
"Saya benar-benar tidak menyangka, Agni bisa berbuat nekat seperti itu."
"Mungkin sudah terlalu muak sama kelakuan suaminya."
"Gak tahu sih mbak, mungkin saja ya. Tapi aku lihatnya si Agni ini posesif banget sama Darren, Darren-nya juga sama "
Berita Agni menembak suami tercintanya, menjadi heboh sehingga mengundang beberapa psikiater untuk berkomentar.
"Kalau saya lihat dan ikuti berita dari awal, si Agni ini cinta mati banget sama suaminya. Jadi, si Agni ini posesif dengan sosok Darren sementara Darren posesif dengan harta keluarga Aditama."
Sementara di luar heboh, di rumah sakit Reza mendengar laporan dari Efan dan Jonathan.
"Pistol yang digunakan adalah jenis Pindad G2 Elite yang diproduksi Pindad menampung butir 15 peluru, sesuai dengan butiran di dalam tubuh ayah kamu. Kami sedang mencari jalur perdagangan, kami juga sudah menangkap para bodyguard yang memegang pistol dan mencari tahu bagaimana cara mereka mendapatkannya."
"Apa jawaban mereka?" tanya Reza sambil melihat ayahnya sedang berbaring di tempat tidur. 15 butir peluru sudah dikeluarkan dari tubuh ayahnya dan secara ajaib masih hidup meskipun ambulans terlambat datang, satu minggu melewati masa kritis dan hari ini sudah bisa masuk kamar biasanya.
Rupanya orang jahat memang sulit mati.
Efan menghela napas panjang. "Jadi, kamu tetap akan membiayai hidup pria ini?"
Reza menipiskan bibirnya. "Entahlah."
Jonathan menatap lurus Reza setelah memastikan kondisi pasien. "Dalam hati kecilmu pasti ingin dia sembuh kan?"
"Biar bagaimana pun dia ayah kandungku, kami sempat memiliki kenangan manis bersama," kata Reza.
Efan memiringkan kepalanya. "Aku heran, bagaimana bisa dia selamat diberondong 15 peluru sekaligus apalagi darah yang keluar banyak dan mata serta mulutnya tidak tertutup."
Jonathan mulai menjelaskan. "Ibu Reza hanya orang awam dan tidak pernah memegang pistol, jadi meskipun semua tembakan mengenai tubuh, tidak ada yang melukai alat vital. Vivi sendiri juga cerita kalau ibu Reza menembak dengan tangan gemetar dan memastikan Rosalin tidak kena."
Efan mengangguk setuju. "Kemungkinan hal seperti itu memang ada sih."
"Masalah pingsan dalam keadaan mata dan mulut terbuka sebenarnya hal biasa di dunia kedokteran, tidak terlalu aneh. Tapi hal yang bisa aku pastikan, beliau terkejut karena ditembak istrinya sendiri. Yah, kita tahulah bagaiman sifat ibu Reza yang tidak mau menyakiti orang luar dan bucin sama suaminya sampai sekarang."
Efan tidak bisa membantah.
"Mhm." Kelopak mata ayah Reza bergerak.
Jonathan memutuskan pamit dan menarik Efan keluar dari ruangan.
Reza duduk di kursi sebelah tempat tidur, mengawasi ayahnya yang perlahan mulai sadar.
"Sudah bangun?" tanya Reza setelah beberapa menit memastikan ayahnya sadar.
Ayah Reza tidak bisa bergerak. "Aku- hidup? tapi kenapa kaki dan tanganku-"
Reza tertawa kecil. "Sepertinya Tuhan sudah mulai bergerak, bagaimana rasanya menjadi manusia yang tidak berdaya?"
"Kamu! apa yang kamu lakukan padaku?!" lirih ayah Reza dengan sorot mata penuh benci. Gurat lelah di wajah tuanya muncul bersamaan dengan tubuhnya yang terlalu lemah untuk bergerak
"Terkejut, ibu berani berusaha membunuhmu?"
Ayah Reza teringat penyebab dirinya berada disini, sorot matanya berubah sendu. Dia, berani membunuhku.
"Aku selalu heran, kenapa ayah tiba-tiba membenci ibu dan aku setelah kematian kakek. Aku selalu berpikir, mungkinkah ayah membenci kami dari awal? atau mungkinkah sesuatu terjadi."
Ayah Reza tidak mau menjawab.
Suasana menjadi hening.
"Baik, jika ayah tidak mau mengatakannya. Suatu hari aku akan tahu sendiri."
-----
2 hari setelahnya.
Berbekal penasaran karena ada yang menghubungi Reza untuk bertemu setelah berita penembakan ayah Reza, Vivi dengan ditemani Adelio dan Kinara masuk ke dalam rumah sederhana dan bertemu seseorang.
Orang itu memperkenalkan dirinya sebagai Saras, wanita setengah baya yang terlihat masih gesit dan humoris. Mempersilahkan Adelio, Kinara dan Vivi duduk di tempat duduk jadul yang terbuat dari kayu.
Setelah Vivi memberikan foto. Saras langsung mengenali sosok di dalam foto tersebut.
"Benar, namanya pak Darren. Saya orang pertama yang dibantunya."
"Dibantu?" tanya Vivi. "Bukankah beliau mucikari?"
Saras menghela napas panjang. "Inilah yang membuat saya berusaha menghubungi kalian setelah melihat berita tersebut. Beliau memang mucikari, tapi hanya itu yang bisa beliau untuk membantu kami."
"Membantu?" tanya Kinara tidak percaya. Bagaimana bisa seorang mucikari membantu orang?
"Kami dulunya hidup di jalanan, orang tua membuang kami termasuk Darren. Dia anak dari ibu yang diperkosa oleh bule mabuk saat di Amerika, ibu kandung Darren dan keluarganya tidak mau menerima anak itu. Alhasil Darren diserahkan ke salah satu pelayan dan diberi uang untuk pergi jauh tapi masalahnya pelayan itu kabur membawa uang dan meninggalkan Darren kecil di pinggir jalan dekat pembuangan sampah, diselamatkan pemulung di sekitar."
Vivi terkejut, dia tidak menyangka masa lalu ayah mertuanya se kelam itu.
"Aku anak dari pemulung itu, Darren baik dan tidak membenci orang tua kandung. Dia malah mendoakan yang terbaik untuk orang tua kandung, meskipun banyak saksi yang melihat seseorang membuangnya." Mata Saras berkaca-kaca saat mengenang masa lalu.
"Tapi, bagaimana anda tahu kalau ibu kandung ayah mertua membuang ayah dan memberikannya ke pelayan?" tanya Vivi yang tidak mengerti.
"Karena ada seseorang yang mengenali Darren, dia juga salah satu pelayan di sana. Ibu Darren salah satu keturunan orang kaya dan menikah dengan pria yang sederajat, keluarga ibu Darren tidak mau menerima aib meskipun suami ibu Darren mau menerimanya."
Adelio teringat sesuatu. "Sepertinya aku pernah mendengar ini."
"Apa?" tanya Kinara ke Adelio.
"Kamu ingat tentang nenek Arka yang ambisius? keluarganya yang pengusaha besar masuk dunia politik lalu dihancurkan oleh anak kedua, profesor Hendra karena keluarganya terlibat sebagai dalang kejahatan internasional dan mengkambing hitamkan cucunya sendiri, anak perempuan kesayangan profesor Hendra?" tanya Adelio.
Kinara mengingatnya juga. "Sempat heboh waktu itu, cerita sebenarnya yang tahu hanya kalangan elit, tidak ingin tersebar luas. Karena profesor sendiri juga membutuhkan nama keluarganya untuk masa depan penelitian dan penyelamatan hewan. Kalian tahu sendirilah, pemerintah jarang fokus pada kehidupan hewan."
"Jadi, kalian ingin bilang kalau sebenarnya- Arka dan suamiku saudara sepupu?" tanya Vivi tidak mengerti.
Adelio menggaruk hidungnya dnegan canggung. "Ini hanya dugaan saja, belum pasti. Tapi aku coba hubungi Arka dulu untuk tes DNA."
"Jika berita itu benar, berita semakin heboh. Bayangkan, dua pilar bisnis di bidang hospitality ternyata bersaudara- aku tidak bisa membayangkannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]
RomanceVivi dijodohkan dengan Krisna sejak kecil, seiring berjalannya waktu Krisna mulai menjauh dan tidak bersikap seperti dulu lagi, bahkan Krisna melamar seorang wanita di hari ulang tahunnya. Mengetahui calon menantunya disiksa di rumah istri dan anak...