TIGA BELAS

3.9K 264 0
                                    

"Tolong ulangi," Vivi tidak percaya dengan permintaan accounting.

"Nyonya dan tuan muda menyuruh saya untuk membayar semua tagihan pesta ulang tahun nona muda dan dimasukan sebagai biaya operasional hotel," ulang accounting.

Kepala Vivi menjadi pusing setelah mendengarnya. Setelah menjalani beberapa hari yang tenang dan fokus berusaha membayar semua tagihan, Vivi harus mendengar kabar dari orang-orang kalau accounting seharian tidak ada di kantor dan pulang dalam keadaan menangis. Mau tidak mau Vivi bergegas ke hotel sebelum jam pulang.

Eva menggerutu. "Jadi itu sebabnya kamu seharian tidak kelihatan? hanya untuk membayar semua tagihan?"

Rika si accounting mengangguk lesu. Ia sudah capek seharian kesana kemari untuk membayar tagihan-tagihan yang berdatangan.

"Krisna tahu ini?" tanya Vivi.

"Justru tuan muda menyuruh saya bawa uang dan atm buat bayar tagihan," jawab Rika.

"Tinggal berapa uang operasional?" tanya Vivi.

Rika melirik Eva dengan takut, biar bagaimanapun Vivi juga salah satu atasannya. "Uang cash tinggal lima ratus ribu sementara di bank hanya tinggal satu juta rupiah."

Vivi mengusap wajahnya. Ia ingin menangis.

"Kenapa kamu gak melapor dulu ke nona Vivi? selain itu, besok operasionalnya gimana?" tanya Eva ke Rika.

"Awalnya saya menolak, tapi saya bertemu dengan nyonya dan dituduh menyembunyikan uang perusahaan lalu..." Rika tidak menyelesaikan ucapannya, ia malah mengusap pipi kanan.

Eva dan Vivi paham maksud Rika.

Rika menundukan kepala dengan mata berkaca-kaca. "Lebih baik saya resign, saya tidak kuat kalau diperlakukan seperti ini. Kedua orang tua saya tidak pernah memukul saya, selain itu saya hanya kerja disini, uang juga semuanya selalu saya laporkan, ada cctv juga di kantor tapi kenapa saya dituduh dan dimaki seperti itu seolah saya penjahat," keluhnya. "Pas di tempat lainnya saat membayar juga begitu, saya dimaki tidak becus."

Vivi memijat keningnya.

"Tidak, bukan begitu." Eva menatap sedih Rika, ia tidak bisa menyalahkan anak baru lulus kuliah. Biar bagaimanapun, anak ini hanya mematuhi perkataan atasannya.

"Kalau begitu kamu resign saja," tegas Vivi.

Eva dan Rika menoleh ke Vivi.

"Aku tidak akan mempermasalahkan masalah lama tapi aku tidak ingin masalah ini terulang lagi, daripada kamu dipukul dan menangis lagi, lebih baik kamu keluar dari sini. Saya akan membuat surat rekomendasi untukmu."

Rika tersenyum senang. "Terima kasih." Setelah itu ia menyerahkan semua laporannya dan keluar dari ruangan.

Eva menatap Vivi.

Vivi tersenyum lemah. "Accounting sebelumnya pernah mengeluhkan hal yang sama, aku hanya ingin menjaga reputasi hotel ini. Lebih baik kita minta tolong pusat untuk mencarikan accounting hotel ini dan cabang lainnya."

Eva menaikan salah satu alisnya lalu tersenyum licik. "Kamu pasti punya ide 'kan?"

"Hanya ide tidak berarti," jawab Vivi sambil membaca laporan accounting. "Ini tidak bisa dibiarkan, kita jadi tidak bisa mengembalikan suntikan dana kalau mereka masih mengambil uang operasional."

"Nyonya dan tuan muda pasti marah besar."

"Tidak akan! mereka takut dengan kepala keluarga."

"Jadi, bagaimana caranya supaya tidak ketahuan?"

Vivi melirik Eva lalu tersenyum. Ide ini masih mentah jadi ia tidak mau membahasnya ke orang lain dulu. "Nanti semuanya akan tahu."

____

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang