Chapter #01

451 20 14
                                    

LANGIT... LANGIT... LANGIT....

Suara teriakan penuh dukungan menggema di seluruh stadion setiap kali Langit mendapatkan bola mendribble menuju ring basket lalu mencetak angka. Yap, seisi gedung olahraga mendambakannya. Seorang cowok paling populer di sekolah dengan segala kepandaiannya. Bahkan selalu mendapatkan gelar sebagai murid terbaik di setiap tahunnya.

Tett!!! Tet!!! Tet!!!

Suara klakson trompet tabung berbunyi nyaring setiap kali Langit memberikan selebrasi setelah memasukkan bola ke dalam ring dan menyambut semua penggemarnya dengan lambaian tangan. Tak lupa memberikan sebuah kiss jauh pada seorang gadis yang duduk di bangku paling depan sambil membawa pom-pom cheerleader untuknya.

Namanya Langit Rainindra. Putra Ashoka Rainindra. Pemilik yayasan pendidikan Ashok-Nanda. Sekaligus seorang pebisnis terkaya di Indonesia. Di SMA Ashok-Nanda, Langit adalah murid yang paling populer dan memiliki segudang prestasi. Mulai di bidang akademis sampai non akademis. Contohnya, basket ini. Dia mampu membawa nama tim sekolahnya menjadi nomor satu di Jakarta.

Sebagai kapten tim basket. Langit menjadi sosok yang paling dikagumi. Selain pintar, dia terbilang sebagai salah satu siswa paling tampan. Tinggi sekitar 178 cm di usia 17 tahun. Berwajah putih dengan hidung mancungnya. Bibirnya dipahat indah tebal dan merah, membuatnya terlihat penuh. Rambut hitam kriting. Jangan ditanya bagaimana postur tubuhnya yang tegap sekaligus memiliki sixpack di perutnya.

Jangan tanyakan juga bagaimana reaksi kaum hawa ketika Langit membuka bajunya di tengah-tengah penonton yang sedang melihatnya seperti saat ini. Semuanya berteriak penuh mendamba. Apalagi senyum yang tidak pernah lepas darinya. Cowok tampan memang punya cara tersendiri untuk membuat orang jatuh cinta.

Selesai pertandingan, Langit selalu menyempatkan diri untuk bercanda dengan teman-temannya. Sambil menunggu kekasihnya yang sudah pasti akan datang.

"Bos, tuh cewek lu nunggu di depan."

Langit yang saat itu masih setengah telanjang langsung keluar untuk bertemu dengan kekasihnya, Senja.

Senja berdiri di belakang pintu ruang ganti, selagi menunggu dia melihat anak-anak cheers dari sekolah lain terlihat heboh bersiap mendukung almamater sekolah mereka. Membuat Senja diam-diam tersenyum. Andai saja dia diberikan kesempatan untuk mendukung Langit bersama team cheerleader sekolah, dia akan mengambil kesempatan itu, sayang sekali cedera di kakinya masih belum sembuh.

"Hai lihatin apa sih?" sapa Langit memberikan pelukan Senja dari belakang.

Senja yang merasa risih segera mendorong Langit. "Apaan sih, lengket tau."

"Lihatin apa sih?"

"Nggak ada."

Senja buru-buru melemparkan sweter ke arah Langit. "Pakai tuh, malu-maluin tau."

Sebelum bertanding, Langit memang sengaja meninggalkan sweeter-nya di Senja.

"Hahahah. Tapi banyak yang suka kok," gumannya sambil mengenakan sweter hitamnya. "Habis ini langsung ke mana?"

"Udah makan?"

"Kamu mau makan?" tanya Langit.

Senja cemberut. "Emangnya kamu nggak laper?" menghentakkan kakinya kesal.

"Iya, iya, Bee. Gitu aja ngambek," goda Langit mencubit pipi Senja. "Bentar ya aku ambil tas dulu." Setelah membelai lembut pipi Senja, Langit kembali masuk ke ruang ganti sedangkan Senja memilih menunggu di depan.

Tidak lama setelah itu, Langit keluar dengan senyum lebar sambil menenteng tas dan juga snack. Menawarkan ke Senja, dibalas dengan gelenggan kepala oleh kekasihnya itu.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang