"LAWAN gue goblok! Jangan diem aja kayak banci goblok! Bangsat," guman Langit sambil menginjak bahu Yogi. Tidak ada keberanian untuk melawan Langit. Arya tak jauh berdiri di sebelah kanan Langit sambil menyiratkan air ke arah Yogi. Tentu saja dengan tawa menggelegar tanpa rasa bersalah. Beberapa kali Yogi terlihat memperbaiki letak kacamatanya.
"Bilang maaf sekarang. Cepet!" sentak Arya.
Bukannya menuruti, Yogi hanya diam. Menggigit bibirnya. Sedikit kesal pada dirinya sendiri yang hanya bisa pasrah diperlakukan seperti ini oleh Langit.
"Lo nggak denger Arya bilang apa?" tanya Langit menarik kra seragam Yogi. "Gendut goblok."
"Gue salah apa?"
Langit dan Arya sama-sama tertawa terbahak-bahak. "Lo bilang lo salah apa? Lo nggak nyadar kalau lo udah nentang gue. Lo tau siapa yang berkuasa di sekolah ini? Gue kalau lo masih inget." Langit mendorong Yogi hingga terjatuh.
"Dia nggak tau apa pura-pura bodoh? Ya boss?" tanya Arya menunjuk Yogi yang kini kembali duduk dengan baju yang sudah lusuh karena terkena air.
"Bawa dia ke kamar mandi," pintah Langit.
Buru-buru Arya menarik paksa baju Yogi. Awalnya Yogi sedikit berontak. Dia tidak mau menuruti Langit ataupun Arya. Berusaha sekuat mungkin melawan. Kesal dengan pemberontakan Yogi yang membuatnya cukup kesal, Arya segera menarik kacamata Yogi lalu menginjaknya. Suara retakan kaca kacamata membuat Yogi berusaha mengais-ngais seperti kucing. Hanya tawa yang keluar dari mulut Arya saat itu melihat ketidakberdayaan Yogi. Dia tahu pasti penglihatan Yogi tidak jelas tanpa kacamata.
"Lo bodoh, ha?" bentak Langit tidak setuju ketika Arya dengan songongnya mendorong Yogi hingga hampir jatuh. "Dia bisa jatuh bodoh. Kita bisa kena masalah."
"Dia berontak Lang." Arya sedikit tidak terima ketika Langit balik membela Yogi.
"Tapi nggak gitu."
"Lo kok ngebelain dia sih sekarang?" Arya menarik rambutnya frustasi.
"Brengsek." Langit meraih kra baju Arya hendak menghajarnya.
Yogi tertawa mendengar pertengkaran kedua sahabat itu.
"Bawa dia," pintah Langit melepaskan cengkramannya di leher Arya. "Jangan sampai ada yang tau." Langit lebih dulu jalan di depan sambil melihat situasi.
Area sekolah memang masih sangat sepi. Hanya beberapa guru yang berjalan di koridor sekolah. Berjalan ke kelas masing-masing. Anak-anak lain masih disibukkan dengan jam pelajaran kedua. Kebetulan saat itu Langit dan Arya berada di luar ketika melihat Yogi berjalan ke arah gedung perpustakaan. Entah apa yang Yogi perbuat, padahal ini masih di jam pelajaran.
"Cepet!" pintah Langit.
Arya menarik Yogi dengan sangat kesal. Berat tubuh Yogi memang sangat menyusahkan.
"Lo gampang banget diperdaya Langit," guman Yogi membuat Arya semakin kesal. Menarik Yogi dengan sangat keras hingga membuat leher Yogi sedikit tercekik.
"Diem lo."
Begitu sampai di kamar mandi. Langit masuk ke dalam kamar mandi menampung air kencingnya di gayung. Meminta Arya melakukan hal yang sama.
"Bilang maaf sekarang juga dan jauhi Fajar atau lo gue siram pake air kencing ini," pintah Langit.
Justru dibalas dengan tawa oleh Yogi tawanya semakin kencang.
"NGGAK AKAN!"
"Oh jadi lo pilih Fajar si brengsek itu?" tanya Arya.
Wajah Langit berubah menjadi sangat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...