SELURUH siswa terlihat mengerumuni majalah dinding. Tempat pengumuman juara Student of The Year. Beberapa lembar hasil ujian diumumkan di sana. Termasuk anak-anak yang akan menjalankan remidi. Tak heran mereka semua bergerombol mencari nama sekaligus kelas untuk jadwal remidi.
"Selamat ya bro." Seseorang menepuk pundak Langit memberikan selamat.
Langit mengangguk. Tersenyum. Ikut menyusup di antara gerombolan untuk mencari namanya. Tidak melepaskan matanya dari nama, Ritviq Rainindra Langit.
Begitu terkejutnya dia ketika melihat total point berbeda 3 point. Itupun Fajar missing di pelajaran bahasa Indonesia.
"Selamat. Senja pasti senang banget denger kamu juara umum. Dia nggak akan pernah bisa move dari kamu. Ini pasti jadi berita yang paling membahagiakan."
Langit spontan menoleh. Menatap cowok yang saat ini berdiri di sebelahnya. Ikut memandang kertas yang sama. Fajar berdiri di sana dengan senyuman lebar. Menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Senja sayang banget sama kamu," guman Fajar pada akhirnya. "Aku rasa hanya kamu yang bisa mengisi hatinya."
Langit tidak peduli dengan raut mukanya yang merasa kesal seakan diremehkan oleh Fajar. Baginya saat ini Fajar sedang menertawakannya.
"Andai kamu bisa memahami perasaan Senja. Bagaimana sakit hatinya dia waktu kamu jalan sama Tania. Ciuman sama Tania. Kamu pasti tau berapa besar cinta Senja yang diapunya buat kamu?" Fajar terkekeh. "Ibarat aku jadi Senja, aku nggak bisa memaafkan kamu semudah itu. Cintaku mungkin bakal hilang."
Langit kini terdiam. Menundukkan kepalanya. Merasa bersalah. Yang dikatakan Fajar benar. Andai dia menjadi Senja, dia akan melakukan hal yang sama seperti Senja meninggalkannya sekarang ini.
"Senja cinta sama kamu. Aku hanya menjadi bagian drama yang dia buat untuk menarik perhatian kamu." Fajar tidak tahan lagi untuk membongkar rencana Senja.
Langit menundukkan kepala sambil berpikir. Tetapi dia terlihat sangat panik. "Jadi?"
Fajar mengangguk. "Temui dia."
Tanpa babibu Langit bergegas meninggalkan papan majalah dinding. Bergerak cepat mencari Senja. Berlari kesana-kemari, hingga menemukan Senja duduk di depan kelas sambil mendengarkan ocehan Ranchi.
Menyadari kedatangan Langit, Senja mendongak. Memalingkan muka. Raut mukanya terlihat masih sangat kesal. Membuat gadis itu terlihat semakin cantik saja dimatanya. Langit tersenyum. Memberikan isyarat kecil kepada Ranchi untuk pergi.
Setelah Ranchi pergi. Langit berlutut di depan Senja. Mencari muka Senja meski beberapa kali Senja menolaknya. Dia tidak menyerah sampai akhirnya tatapan mereka bertemu.
Senja menjadi diam. Tidak berkata apapun. Bahkan tidak pergi. Hingga Langit mengambil kesempatan ini untuk meraih tangannya. Menggenggamnya sambil menangis.
Langit merutuki dirinya sendiri kenapa tiba-tiba bisa secengeng itu di depan Senja.
"Aku berhasil jadi juara mengalahkan Fajar." Kata itu yang bertama terucap di bibir Langit sambil tertawa miris. "Itu karna kamu, Nja. Aku pengen buktiin ke kamu kalau aku mencintai kamu. Dulu aku pernah janji sama kamu, aku akan memajang fotoku di lobi seperti juara-juara yang lain. Aku sayang kamu, ini salah satu pembuktian ku dan aku berhasil."
Senja mau tidak mau meneteskan air matanya. Mengingat kejadian 2 tahun lalu. Ketika Langit berjanji dengan sangat percaya dirinya. "Aku kangen sama kamu, Lang." Menarik tangan Langit untuk memeluknya. Tidak peduli lagi dengan tatapan mata yang mengarahkan pandangan tidak suka kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...