TAWA Langit menggema di seluruh ruangan ketika Arya menceritakan pengalaman pertamanya menjadi kapten tim basket sekolah. Langit terlihat benar-benar sangat bahagia ketika menceritakannya. Minus menceritakan Fajar yang ikut bergabung di tim inti. Sudah seminggu setelah operasi, Langit dirujuk pulang. Feline setiap hari datang untuk melihat kondisi Langit. Tidak pernah absen sedikitpun. Senja juga ada di sana sepulang sekolah.
"Fajar mencetak 10 angka untuk tim sekolah," guman Senja secara sengaja. Membuat Langit diam. Hanya menelan ludah tak bicara sedikitpun.
"Minum dong," pintah Langit ke Arya yang saat itu hanya diam memperhatikan Senja. Sedikit kesal karena Senja membawa nama Fajar dalam pembicaraan ini.
"Tim sekolah go to final bukan hanya karna Arya. Itu juga karna Fajar."
Langit mengangguk setuju. Sama sekali tidak mengelak perkataan Senja. Andai saja kondisi hidungnya baik-baik saja. Pelatih tidak akan pernah mengambil Fajar untuk tim basket sekolah.
"Besok aku sudah mulai sekolah."
"Berangkat sama siapa?" tanya Senja penasaran. Dia tahu mungkin Langit masih belum fit. Dia tidak mungkin berkendara motor sendiri.
"Pakek mobil."
Senja mengangguk. Mengupas buah jeruk untuk Langit. Rutinitas harian yang dia lakukan ketika menjenguk Langit setiap kali pulang sekolah. "Nggak perlu naik mobil sendiri. Berangkat sama aku aja."
Langit menggeleng tidak setuju. Wajahnya muram. "Nggak enak sama Pak Adi."
"Tapi bawa mobil sendiri kalau ada apa-apa gimana?" protes Senja.
"Ama gue aja kalau gitu, bos," tawar Arya sambil mengulurkan gelas ke arah Langit.
"Mau naik apa?" tanya Senja kesal sendiri.
"Ya motor lah, Nja. Mau apa lagi?"
"Nggak... Nggak ada. Sama aku aja." Menyuapi Langit jeruk di tangannya menatap cemberut. "Sama aku kamu nggak perlu banyak omong. Hidung kamu beneran udah nggak papa kan?"
"Udah nggak papa, Beb. Nggak ada keluhan apa-apa lagi kok."
"Jangan banyak disentuh-sentuh dulu."
"Mukaku lengket belum mandi beberapa hari."
Senja mengambil mengambilnya selembar tisu basah untuk membantu Langit membersihkan mukanya. Pelan-pelan Senja membilas muka Langit dengan penuh perhatian. Arya senyum sendiri ketika melihatnya.
Langit menatap wajah Senja dengan penuh perhatian. Mulai dari mata hingga bibirnya. Membuatnya mengurai senyum ketika mata memandang wajahnya.
"Ngapain senyum?" tanya Senja. Terlihat konsentrasi membersihkan kening Langit yang terlihat kotor. Menarik kuncir di rambutnya untuk menguncir rambut Langit yang sudah mulai agak gondrong karena selama kurang dari satu bulan mendekam di rumah sakit. Dengan sangat lihat dia menguncir rambut Langit. "Besok kalau ada waktu potong ya Lang, udah sedikit panjang."
Langit mengangguk dengan bibir yang masih tersungging lebar.
"Ngapain sih senyum-senyum gitu?"
"Cantik."
Senja menyipitkan mata. "Siapa cantik?"
"Arya."
Senja menahan senyum.
"Ya kamu lah. Siapa lagi. Arya nggak ada cantik cantiknya. Kalaupun dia cantik. Yang ada aku malah jijik," omel Langit. "Besok antarin ya potong rambut."
"Iya."
"Naik motor."
"Nggak ada. Mobil."
"Nanti aku makin kelihatan kaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Fiksi Remaja(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...