"TUNGGU, Sayang. Aku bisa jelasin semua." Langit tidak bisa menahan diri untuk mencengkram lengan Senja.
"Lepasin, Lang. Aku nggak butuh penjelasan apapun setelah apa yang aku lihat."
"Kamu salah paham. Nggak kayak gitu. Jangan kepancing gitu dong."
Senja mendesah kasar setelah apa yang dikatakan Langit. Kepancing? Maksudnya seperti apa sih? batin Senja. Udah jelas-jelas yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri keduanya ciuman. Matanya masih normal untuk melihat hal bodoh itu.
"Kepancing?"
Senja menunjuk Tania yang berdiri tak jauh dari mereka. Tania hanya berdiri santai. Tidak ada perasaan menyesal sama sekali dari mukanya. Sesekali memberikan senyum sinis jengah.
"Tadi itu nggak sengaja." Langit meraih tangan Senja berusaha memeluknya. Namun ditepis oleh Senja.
"Nggak sengaja seperti apa sih maksud kamu, Lang?" Senja tak bisa meloloskan senyum sinisnya. Dia tidak percaya dengan pembelaan Langit. Tidak sengaja katanya? Sudah jelas-jelas dia melihat Langit juga menikmatinya.
"Kamu jelasin ke Senja kalau itu nggak sengaja," pintah Langit ke Tania yang hanya menonton pertengkaran ini tanpa menyela sedikitpun. Tania kemudian menyandarkan tubuhnya di dinding ruang keluarga. Terlihat malas sekaligus jengah. Baginya itu tetap ciuman. Seperti yang Senja lihat.
"Udah nggak usah banyak omong, Lang," guman Senja mulai jengah.
"Please, Nja. Gue bisa jelasin."
"Aku udah nggak percaya lagi sama kamu."
"Nja, kamu dengerin aku dulu baru ngomong. Aku bisa jelasin apa yang terjadi."
"Ciuman tadi? Kamu bisa jelasin? Iya?"
Langit terlihat kebingungan. "Please." Langit mendekati Senja. Menghapus air mata yang keluar deras dari pelupuk matanya. Tentu saja Senja menolak Langit mendekat. Hanya saja, cengkraman di tangannya terasa sangat erat.
Senja berusaha mundur. "Udah?"
Langit menggeleng. Raut mukanya terlihat sangat kacau. "Kamu belum dengerin aku. Aku minta maaf tapi dengerin dulu. Please." Lagi-lagi Langit mencoba menarik Senja dalam pelukannya namun gagal. "Duduk dulu kalau gitu, please."
"Kamu ngerti nggak perasaanku gimana?" ucapnya terasa sangat kesal.
Langit hanya diam saja. Tidak bereaksi apapun. Rahangnya mengeras. Antara marah pada dirinya sendiri yang mau dibodohi Tania dan menghabisi Tania sekarang juga. Bahkan gadis itu terlihat sangat tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Senja mundur selangkah, terdengar Senja menghembuskan napasnya kasar cukup keras.
Langit mencoba menenangkannya meskipun sedikit mengurangi intensitas cengkeraman di pergelangan tangan Senja. Takut Senja tersakiti. "Please."
Senja membalikkan badannya semakin jalan menjauh. Menghapus sisa air mata yang sudah tumpah beberapa menit yang lalu. Meskipun tidak dapat dipungkiri air matanya tetap tumpah semakin deras. "Lepasin dulu, Lang. Aku mau sendiri."
Langit melepaskan cengkeraman tangannya. Seketika itu juga Senja sedikit berlari. Menghampiri Pak Adi yang duduk di pos satpam rumahnya dengan wajah memerah penuh air mata. Saat pandangan keduanya bertemu, Senja sama berusaha memutus tatapan itu cepat, dibalas gelengan oleh Langit. Sebelum akhirnya Langit memilih menghentikan Senja menutup pintu mobilnya.
"Aku nggak mau kamu pulang dalam keadaan seperti ini," guman Langit.
Senja menundukkan kepala. Berusaha tidak mendengar perkataan Langit. Sedikitpun tidak mau mendengar. Dengan sangat keras dia mencoba menutup pintu mobilnya. Namun gagal, bagaimanapun juga tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Novela Juvenil(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...