Chapter #56

39 3 0
                                    

Arya:
Malam prom night nanti. Gue denger Senja bakal gaet Fajar buat jadi temen prom.

Malas-malasan Langit membaca pesan singkat Arya. Sedikitpun dia tidak berniat datang ke acara yang diadakan anak-anak nanti. Lebih memilih belajar di depan buku-bukunya.

Arya:
Kabarnya mereka juga pacaran, Boss.
Lo doang yang kayaknya beneran nggak bisa move on dari mantan nih, boss.

Langit kembali mendengus. Membayangkan Fajar menggandeng Senja saja sudah menbuatnya sakit kepala. Sejak putus dengan Senja, Langit memang sudah sangat jarang keluar. Hidupnya hanya sekitar rumah, kamar dan perpustakaan umum. Juga tiba-tiba saja keluar dari grub sekolah.

Langit berubah tidak menyukai aktivitas apapun.

Di detik berikutnya ponsel Langit kembali berdenting. Malas-malasan ia meraihnya.

Tania:
Prom night huh?
Is poor and borring
😴 Get come with me.
Lo nggak bakalan nyesel setelah datang bareng gue. For your information, gue pakek dress merah. Lo cuman perlu sesesuaiin bajunya.

Langit mendengus. Pesan dari Tania membuatnya tersenyum.

Langit:
Lo beneran nggak bosen buat ngejar-ngejar gue?

Tania:
C'mon. Lo bakalan malu datang sendiri ke sana sementara Senja udah sama Fajar.
Move on, Lang. And wake up.

Langit menatap nanar layar ponselnya. Tidak ada jawaban. Menimbang-nimbang permintaan Senja. Toh dia memang tidak berminat untuk datang. Kalaupun ke sana, dia tidak akan tahu bakal melakukan hal apa. Tangan Langit kembali terulur meraih ponsel. Setelah menimbang, dia akhirnya memutuskan sesuatu.

Langit:
Setelan abu cocok nggak kalau dipadukan sama merah?

Langit berusaha mengeluarkan setelan jasnya. Seraya menunggu pesan dari Tania.

Tania:
Not bad.

Langit:
Pakek mobil lo

Langit mendesah. Sedikit menyesal menyetujui Tania.

Rasanya Langit benar-benar sesak napas. Sepanjang perlanan dia lihat Tania sibuk dengan make up tanpa mempedulikan Langit yang nyetir bosan melihat tingkahnya. Langit akui penampilan Tania benar-benar berbeda. Dengan dress merahnya, Tania mendefinisikan kecantikan natural seorang wanita. Sekaligus membuat kepala pusing, bayangkan saja, belahan dress Tania hampir menunjukkan paha putihnya.

Gerakan selanjutnya Tania membuka dasbor mobil mengambil lipstik merah.

Langit kembali memijat keningnya. Menoleh ke arah Tania yang masih berkaca sambil memoles lipstik. Sedikit kesulitan karna mobil melaju cukup cepat. Yang pada akhirnya membuat Langit menepikan mobil memberikan waktu Tania untuk melanjutkan kegiatannya.

Begitu selesai, Tania tersenyum lebar ke arah Langit. Sambil mengedipkan mata.

"Lo sebenernya bukan orang yang peka. Tapi thanks."

Sekilas Tania mendengarkan gerutuan dari bibir Langit.

"Gue nggak nyangka aja lo akhirnya mau bersosialisasi setelah apa yang terjadi," ucap Tania. "Tenang aja, lo nggak patheic kok. Gue juga gitu waktu lo beneran nolak kehadiran gue dulu. Bersyukur aja lo nggak nolak gue sekarang."

"Lo nggak takut gue manfaatin?" tanya Langit. "Kayak sengaja manfaatin lo buat bikin Senja cemburu?"

"Oooohhh, jadi itu rencana lo?" tanya Tania sambil tertawa. "Gue sih oke oke aja, lumayan lah."

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang