Chapter #19

31 3 0
                                    

SEJAK saat datang ke tempat Fajar untuk meminta maaf atas Langit. Senja menjadi sangat pendiam. Dia lebih suka duduk melamun memandang ke arah jendela. Memperhatikan anak-anak basket yang sedang berlatih untuk turnamen antar sekolah. Sesuai dengan hasil pertandingan kemarin antara Langit dan Fajar, akhirnya tim basket sekolah benar-benar dirombak. Missing Langit di sana, namanya ada dalam daftar, karena dia cukup berbakat, namun sakit membuatnya harus mundur.

Senja mengingat ketika pertama kalinya Langit masuk tim basket sekolah. Senyumannya sangat lebar. Untuk pertama kalinya dia bersemangat mengenakan seragam meskipun ada motif pink di sana. Padahal setahunya Langit sangat membenci pink. Warna yang menurutnya sangat girly.

Mengingat itu Senja menjadi senyum sendiri.

"Kapten timnya beneran diganti, nama Langit diganti Arya. Gue heran kenapa bukan Fajar aja, lebih cocok dibandingkan bocah badung itu." Ranchi mengomel mengulurkan sebotol air mineral ke arah Senja. "Keadaan Langit gimana sih? Udah baikan?"

Senja malas menanggapi. Semua orang hanya ingin tahu kondisi kekasihnya itu tanpa benar-benar ingin tahu. Mungkin hanya ingin sekedar basa basi atau memastikan sekaligus berharap kalau kondisi Langit lebih parah dari dugaan-dugaannya.

Kalau sudah seperti ini, Langit benar. Hanya Arya yang selalu ada.

"Nja? Kenapa sih lo bete banget?"

Senja menggeleng.

"Lo marah?"

"Nggak, gue capek aja."

"Ih lo pasti kebanyakan begadang nemenin Langit nih," gerutu Ranchi membuat Senja semakin muak. "Gimana menurut lo soal itu? Si Arya jadi kapten tim?"

Ranchi memang sedikit tidak mendukung hubungan Senja dan Langit.

Senja mengangkat bahunya merasa bodoh amat. "Terserah Pak Wahid aja."

"Dia nggak ada potensi buat jadi ketua tim. Main basket aja nggak becus tuh bocah."

Senja memperhatikan Arya di tengah lapangan. Beberapa kali terlihat kebingungan. Separuh dari tim basket memang sudah dirombak. Mungkin itulah yang membuatnya bingung mencari posisi, memikirkan strategi sampai penyesuaian hal-hal yang berhubungan dengan kerjasama tim. Arya memang sudah terbiasa dengan kehadiran Langit.

Duet Langit dan Arya masih menempel di kepala Arya sepertinya.

"Dia cuma belum terbiasa aja."

"Lo kok mati-matian ngebelain dia sih?"

Senja meletakkan kepalanya di atas meja. Bertumpu pada kedua tangannya. Kemudian memejamkan mata. Mengabaikan Ranchi begitu saja.

"Nja, dengerin..."

"Gue males."

"Kenapa sih lo?"

"Apa sih, Ran? Gue fine. It's okey. I'am tired. So please..." desah Senja memohon. "Gue nggak peduli soal Arya. Kalau dia jadi kapten atau jadi tukang bersih-bersih lapangan sok silahkan. Gue nggak peduli."

"Yah gimana sih lo?!" gerutu Ranchi. "Lo bete banget karna Langit ya? Tumben sih? Dia kenapa lagi? Bikin ulah?"

"Ran, udah gue bilang kan kalau gue males bahas ini semua."

Ranchi pun akhirnya menyerah. Dia memilih meninggalkan Senja yang masih terdiam di kelasnya.

Sedangkan Senja memandang ke arah lapangan basket sesekali membayangkan ketika Langit berlarian di sana. Memberikan senyuman lebar kepada semua orang, menunjukkan kepercayaan dirinya dan tentu saja menunjukkan skill bermainnya yang hampir sama dengan Fajar.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang