Chapter #30

25 2 0
                                    

SENJA menangis setelah menceritakan kejadian sepulang sekolah kemarin kepada Ranchi. Juga menceritakan kemarahan Langit padanya.

"Gue nggak bermaksud seperti itu, Ranc. Iya gue tahu gue emang salah, tapi antara gue sama Fajar cuman temen nggak lebih dari itu." Paling tidak itulah yang dikatakan Senja dalam tangisnya. Bersama dengan teman-temannya yang lain, Ranchi hanya menenangkan.

Namun berbeda dengan geng Tania. Cewek itu beberapa kali menyindir Senja dengan cibiran-cibiran menyebalkan. Yang artinya, Tania malas dengan rengekan-rengekan Senja yang sangat menyebalkan.

"Cuman gitu aja nangis. Emang dasar cupu tuh anak," sindir Tania kala itu. "Makanya main cantik dong biar nggak ketahuan kalau jalan ama cowok lain. Bodoh banget sih kalau sampe ketahuan kayak gitu."

"Nggak ada otak ya emang lo. Bisa diem nggak? Kita nggak butuh ceramah dari mulut kotor lo," jawab Ranchi karena sangking kesalnya mendengar ocehan Tania.

Senja menghapus air matanya. Menatap Tania sama kesalnya. Meski Ranchi meminta Senja lebih sabar menghadapi Tania yang seperti itu. "Udah nggak perlu didengerin, Nja. Tuh anak emang berani main mulut."

"Dasar cengeng, gitu doang nangis." Tania langsung berjalan keluar. Mengabaikan tatapan kesal Senja.

"Udah lo pergi sana." Ranchi melempari Tania dengan buku paket MTK di tangannya. Hampir saja mengenai kalau saja Tania tidak cepat berlari.

Sangat percaya diri Tania meninggalkan kelas. Diikuti oleh anak-anak geng-nya yang lain. Sebelum itu Tania memang melemparkan senyuman kemenangan ke arah Senja. Membuat Senja benar-benang jengkel.

Andai saja sekarang dia tidak memikirkan hubungannya dengan Langit. Sudah pasti Senja mengejar Tania dan menjambaknya habis-habisan. Sayangnya untuk melakukan itu dia membutuhkan tenaga yang besar.

"Udah, Nja. Tuh anak nggak usah dipeduliin."

Senja memicingkan mata bertanya.

"Nggak usah dipeduliin gimana Ranc. Udah jelas-jelas dia kelihatan seneng banget."

"Iya gue tahu."

"Nggak, lo nggak pernah tahu perasaan gue."

Senja kembali menangis saat itu. Air matanya semaikin deras mengalir keluar.

"Gue harus gimana, Ranc?" guman Senja saat itu.

Ranchi mengusuk punggung Senja untuk menenangkannya.

Senja menggelengkan kepala. "Gue yang salah Ranc. Makanya Langit jadinya marah banget kemarin. Gue takut."

"Lo nggak salah kok, Nja." Ranchi tidak bisa mengatakan apapun kecuali hal itu. Membayangkan bagaimana kasarnya Langit kemarin sudah membuatnya sedikit meragukan bagaimana rasa cinta Langit kepada Senja.

Ranchi yakin setelah kejadian kemarin, seluruh sekolah membicarakan bagaimana sikap Langit yang keras seperti itu. Hanya Senja yang tidak menyadarinya.

"Gue nggak mau putus..." Senja berguman lagi di sela tangisnya. "Gue masih sayang banget sama Langit, Ranc."

"IYA.. IYA.." Ranchi hanya memutuskan memeluk Senja. Teman-temannya yang lain juga melakukan hal yang sama.

Sebelum akhirnya Tania kembali masuk ke dalam kelas. Kali ini mengernyit melihat drama murahan film India di depannya. Ranchi hanya mengabaikan tatapan tidak suka Tania.

Tania menghempaskan tubuhnya di kursinya. Menggelengkan kepala memperhatikan Senja yang masih menangis bodoh. Menangisi cowok berengsek seperti Langit.

Tidak tahan lagi akhirnya Tania menyeletuk, "Lo emang bodoh banget sih, Nja. Udah tahu Langit tuh brengsek banget. Kenapa lo yang jadi ngebucinin dia. Buat dia bucin dong ama lo. Udah suka nyosor ke cewek lain berengsek lagi."

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang