LANGIT duduk tak jauh dari Tania. Tak ada yang banyak berubah dari sosok Tania. Binar matanya masih mendamba sosok Langit. Itulah kenapa dia sekarang ada di sini. Menemani Langit yang terlihat kacau dengan segelas wine. Tania sudah mendengar semua keluh kesah yang dikeluarkan oleh Langit. Mengeluhkan tentang Senja, meskipun tidak mau melepaskan Senja. Menambah rasa sakit di hati Tania, meksipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menerima dan memahami apa yang terjadi dalam diri Langit.
Terus mengoceh Langit terus menambah segelas wine. Memperhatikan Tania sambil tersenyum meremehkan. Hingga tatapan keduanya saling bertemu, dengan sangat memohon, Tania minta kepada Langit untuk menghentikan drama mabuk mabukannya ini.
"Lang, lo udah mabuk," oceh Arya yang tiba-tiba datang mengejutkan Tania. "Lo bisa bawa motor kan, Ta? Lo bawa motornya Langit. Gue yang antar Langit pulang." Arya melemparkan kunci motor Langit ke arah Tania. "Lo nggak lagi gila ngodain Langit kan?"
Tania diam saja memelototi Arya yang sibuk membopong Langit.
Yang bukannya mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu oleh Arya, Langit malah mendorong tubuh Arya menjauh.
"Gue belum mabuk. Lo nggak perlu ikut campur. Lagian ngapain sih lo ke sini? Mau cari mati ama gue?" bentak Langit saat itu juga. Membuat Arya mau tidak mau menoleh ke arah Tania yang saat itu hanya menatap lalu sambil meneguk coke di depannya. Memang tidak ingin mencampuri urusan Langit dan Arya.
Tampak kebingungan, Arya menjawab, "Ngapain sih lo ama cewek ini?" Sontak Tania menoleh begitu Arya menunjuknya. "Lo bisa diguna-guna tanpa lo tau, bos."
Tania mengangguk pasrah. Lagian image-nya memang tidak pernah bisa bagus di mata orang-orang.
Langit memilih diam duduk di sofa club. Sama sekali tidak mengubris semua perkataan Arya. Sebelum akhirnya keheningan mereka dipecahkan oleh suara telepon dari ponsel Langit. Terlihat sangat gugup Langit sebelum menerima panggilan teleponnya, sejenak memperhatikan Tania meneguk coke di tangannya. Seakan bertanya dulu, apa dia boleh menerima panggilan itu atau tidak. Sangat santai Tania mengangkat kedua bahunya, membiarkan Langit jalan ke arah toilet untuk menerima panggilan.
"Lang, kamu dimana? Ke sini ya sekarang, Ayahnya Fajar udah nggak ada lagi."
Sontak mata Langit terbelalak. Tidak percaya dengan semua ucapan yang dikatakan Senja. Bukannya kemarin uang untuk administrasi Ayahnya Fajar sudah dia berikan?
Senja menjelaskan kenapa Ayah Fajar tidak bisa diselamatkan. Menceritakan detail bagaimana Ayah Fajar juga ikut berjuang meski gagal.
Sementara tidak perlu mendengarkan semua perkataan Senja, Langit bergegas berlari menghampiri Tania dan Arya yang masih terlihat bersitegang. Mereka terlihat saling tidak menyukai satu sama lain dan itu benar. Apalagi ketika Tania terang-terangan mengacungkan jari tengahnya sambil merokok ke arah Arya yang jelas membuat Arya naik pitam.
"Kalian udah bertengkarnya?" tanya Langit dengan nada tinggi dan sekeras mungkin. Wajahnya masih terlihat sangat khawatir.
"Dia ngeselin. Gimana mau selesai," oceh Arya tidak mau kalah.
Dibalas senyuman oleh Tania.
"Why?" tanya Tania heran mendapati wajah gusar Langit.
"Anterin gue ke rumah sakit sekarang," pintah Langit.
Tanpa pikir panjang lagi Arya langsung bergegas mencari kunci mobil di sakunya.
"Are you okay?" tanya Tania ikut panik. "Lo baik-baik aja kan?"
"Mending lo bawa motor Langit, gue sama Langit naik mobil lo, mana kuncinya?" tanya Arya mengadahkan tangan untuk meminta kunci mobil ke Tania. Membuat Tania memicingkan mata. Jujur saja dia kesal melihat Arya sok memerintah seperti ini. "Jangan diem aja, gue nggak mau motor kesayangan gue ditinggalin di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Fiksi Remaja(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...