Senja berdiri di barisan kelasnya ketika kepala sekolah mengumumkan bahwa tim basket sekolah kembali membawa piala kemenangan. Tersenyum memperhatikan Fajar dan anak-anak tim basket lain berdiri di sana. Minus Langit yang saat ini bergabung dengan barisan teman-teman kelasnya. Senja ikut memberikan tepuk tangan ketika teman-temannya yang lain memberikan tepuk tangan. Sekilas melirik ke arah Langit, dia sangat jengah dengan pertunjukan membosankan di tengah ucapara bendera.
Setelah ucapara selesai. Senja berhambur menghampiri Fajar yang saat itu terpisah dengan anggota tim lainnya. Memilih duduk sendirian sambil memperhatikan teman-temannya yang sibuk berfoto dengan piala kebanggaan tim basket yang selalu dibawa pulang setiap tahunnya.
"Hai," sapa Senja. Duduk di sebelah Fajar. "Selamat ya."
Fajar membalas dengan senyuman. Memberikan anggukan sekilas sebelum akhirnya kembali memperhatikan teman-temannya berebut piala. Senja menyodorkan coklat di depan Fajar. Membuat Fajar benar-benar mengalihkan pandangannya ke arah Senja. Kali ini memberikan tatapan bertanya.
"Buat kamu. Gue juga sering kok kasih Langit coklat kalau dia berhasil atas sesuatu," ujar Senja menggoyangkan coklat nya agar Fajar mau menerima.
"Nanti ada yang marah loh."
Senja hanya tersenyum. "Hanya coklat kok. Nggak perlu jadi masalah."
"Tapi Langit bisa anggapnya berbeda. Thanks ya. Ini hadiah pertamaku. Belum ada yang mau datang hanya karena menang turnamen basket. Kecuali Langit mungkin ya, dia kan banyak penggemar."
Senja tersenyum. Setuju dengan pendapat Fajar. Dia mengakui euforia kemenangan tim basket tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Di tahun sebelumnya dengan Langit sebagai kapten, anak-anak cewek banyak yang berkumpul hanya sekedar minta foto Langit. Sekarang berbeda, bahkan ada yang mau berlomba-lomba menarik Arya untuk diajak foto.
"Kalau Langit menang turnamen, biasanya dia beri apa buat kamu?" tanya Fajar penasaran.
"Uhm...." Senja tampak berfikir. "Cuman jalan-jalan sih beli es cream. Itu aja sih terus ngobrol di kafe. Nggak ada yang spesial."
"Gimana kalau nanti kita jalan?" ajak Fajar.
Senja tampak menimbang-nimbang usulan Fajar.
"Oh kamu pulang sama Langit ya?"
"Gue minta izin Langit dulu ya? Takut dia salah paham."
Tidak ada jawaban yang lebih menyakitkan daripada itu. Fajar menatap Senja kecewa. Jujur saja, dia ingin Senja lebih banyak waktu dengannya. Tentu saja tanpa Langit hadir dalam hidupnya. Perasaannya kepada Senja semakin tumbuh subur meskipun Senja sama sekali tidak menyadari hal itu.
"Kalau Langit beri izin, nanti aku tunggu di halte."
Benar saja, Senja hanya tersenyum kemudian beranjak pergi. Ada kepingin rasa kecewa di hati Fajar.
****
Senja:
Aku pulang dulu ya LangLangit:
Sama siapa?Senja mendesah ketika mendapatkan pertanyaan dari pesan singkat Langit. Sampai seketika dia melihat Langit sudah berdiri di depannya dengan tatapan dingin.
"Mau pulang sama siapa?" tanya Langit saat itu.
"Eum, itu..."
"Tadi Papa kamu bilang Pak Adi nggak bisa jemput. Tiba-tiba kamu bilang mau pulang dulu, kamu pulang sama siapa?" tanya Langit sekali lagi terdengar sangat posesif.
"Pulang ama gue." Ranchi tiba-tiba datang menarik tangan Senja. Membuat Senja nyengir bodoh. "Ada kerja kelompok, Lang. Kalau Senja nggak ikut kerja kelompok hanya karna lo nggak ngizinin terpaksa gue coret nama Senja dari daftar kelompok gue," ancam Ranchi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...