Chapter #25

25 3 0
                                    

Senja:
Aku masih ngantuk banget waktu balesin chat kamu
Miss you to

Kira-kira itulah jawaban Senja ketika Langit baru membuka ponselnya pagi-pagi buta. Masih pukul 6 pagi.

Biasanya di hari Minggu, Senja memang lebih suka menghabiskan waktunya untuk tidur sampai pukul 10 pagi sebelum Mama-nya mengomel panjang lebar tentang menjadi anak perempuan yang baik. Mama Senja akan mengomel bahwa anak perempuan tidak baik bangun terlalu siang, nanti jodohnya semakin jauh. Atau yang paling buruknya, rejekinya dipatok ayam.

Langit tersenyum membayangkan wajah bantal Senja. Seraya mengetikkan balasan lagi untuknya.

Langit
Ada rencana hari ini?
Lagi males jalan sih
😫Mau ngajak jalan sekalian pacaran

Tidak ada balasan setelahnya. Langit yakin kalau Senja kembali tertidur. Ada sekitar 15 menit menunggu, notifikasi pesan chat muncul di ponsel Langit. Langit yang saat itu tidur-tidur ayam di sofa ruang keluarga segera membuka ponselnya.

Senja
lagi buat kue tuh di bawah
Kue kesukaan kamu
Datang aja, kita nggak perlu jalan
Aku capek banget
Langit
Kue?
Acara apa?
Tanya aja sendiri
Aku tunggu
Jangan lama-lama

Setelah membaca pesan chat terakhir dari Senja. Buru-buru Langit menyambar kunci di meja. Dia memang sudah siap mengenakan celana denim dipadukan dengan atasan kaos putih. Langit sudah hendak keluar ketika melihat Artha berjalan ke arahnya. Menyipitkan mata curiga.

"Mau ke mana, Lang?" tanya Artha. Mengambil duduk di sofa tempat yang sering dia gunakan untuk duduk. Menarik laptop. "Kamu nggak lupa kan kalau sekarang ada jadwal bimbel?" Artha sudah memasang kacamatanya bertanda dia sangat serius.

Langit mengangguk. Sama sekali tidak protes. Artha yang membuat jadwal atas permintaan Daddy, bagaimana dia bisa menolak?

Hanya saja dia kesal dengan tingkah menyebalkan Artha. Anak itu tidak pernah berfikir untuk tidak menuruti perkataan Daddy. Setiap kali Daddy mengatakan ini, Artha selalu melakukan perintahnya dengan sangat sempurna. Ibarat malaikat, Artha lah malaikat itu. Sedangkan Langit adalah iblis di rumah ini. Andai Daddy bilang -Putuskan Feline- sudah sangat tertebak kalau Artha akan memutuskan calon kakak iparnya itu.

Langit menggeleng. Membayangkan bagaimana nasib Artha jika putus dengan Feline. Kakaknya itu pasti akan hancur. Setahunya Feline adalah satu-satunya cewek yang berani dekat dengan Kakaknya, manusia bermuka datar tanpa ekspresi.

"Nanti Kakak kirim jadwal bimbelnya melalui chat. Jangan sampai ketinggalan bimbel. Jangan terlalu banyak main di luar. Nanti efeknya malah jelek buat kamu." Artha lanjut menasihati Langit.

Langit tahu Artha sama sekali tidak berniat menekan. Tapi dia terlalu takut kepada Daddy. Dari caranya berbicara saja, sama sekali tidak terlihat memaksa.

Lihat saja nanti, kalaupun Langit memilih untuk meninggalkan bimbel apa yang akan dilakukan Artha. Paling-paling Kakaknya itu akan membelanya habis-habisan.

Langit akhirnya memberikan anggukan kepala ke Artha. Melambaikan tangan ijin untuk pergi. Artha hanya membalas tanpa senyuman. Sedikitpun tidak memberikan senyuman apapun selain tatapan antara takut harus melepaskan atau tidak. Langit tak henti-hentinya tersenyum. Kakaknya itu meskipun terkesan tegas dan menakutkan, sama sekali tidak membuatnya takut. Malah ingin semakin menggoda. Apalagi Langit benar-benar sudah tahu kelemahan Kakaknya itu. Siapa lagi kalau bukan Kak Feline. Tinggal minta dukungan Kak Feline, semua masalah akan selesai.

Sebelum melangkah keluar, ponsel Langit kembali berdering. Bukan dari Senja, kali ini dari Tania. Langit memilih mengabaikan. Daripada jadi stress sendiri.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang