Chapter #14

44 3 0
                                    

Buk!!! Buk!!! Buk!!!

Fajar melempar Langit keluar kelas. Kembali memukulinya tanpa ampun. Bahkan sedikit pun Langit tidak melawan. Hanya menyeka hidungnya yang penuh dengan darah. Malah melihat ke arah Senja yang kini menatapnya sambil menutup mulut. Arya berusaha menghentikan dengan memukul punggung Fajar, tetapi tidak berguna. Fajar begitu sangat marah, hingga tanpa sadar dia membuat seluruh muka Langit penuh dengan darah.

"BAJINGAN!!!" teriak Fajar sambil mengibaskan tangannya.

Satu pukulan keras mengenai hidung membuat Fajar berhenti. Melepaskan Langit begitu saja di lantai koridor sekolah. Terlentang tak berdaya. Arya berusaha membuat Langit tetap sadar. Sambil tertawa, Langit mengatakan baik-baik saja.

Bukannya tidak mau melawan. Langit rasa rasa sakit ini cocok untuk pengecut sepertinya. Dia bisa saja menyalahkan Arya, tapi apa yang dia dapat?

Bahkan dia tahu kalau Senja tidak lagi membelanya.

"Bos..."

Langit tertawa lirih. "Gue udah kayak pengecut."

Senja ikut berjongkok menguncang bahu Langit. "Lang, kamu nggak papa kan?" Kembali menguncang tubuh Langit. "Kamu masih bisa berdiri kan?" tanya Senja kelewat panik. "Ya, jangan diem aja dong. Kita ke rumah sakit." Menepuk pundak Arya untuk segera melakukan tindakan.

Darah terus mengalir di hidung Langit. Senja berusaha menghentikan darah yang keluar meskipun Langit merintih kesakitan.

"Kenapa diem aja sih," protes Senja.

Tidak lama rombongan guru datang. Melihat keadaan Langit babak belur, membuat mereka bergegas membawa Langit ke rumah sakit. Fajar digeret ke ruang kepala sekolah bersama dengan Arya dan juga Senja. Bukan hanya murka, kepala sekolah meminta penjelasan tentang kejadian itu.

"Bisa kalian jelaskan?" tanya kepala sekolah murka. Senja hanya diam saja menoleh ke arah Fajar yang malah membuang muka. "Kenapa diam saja? Bisa kalian jelaskan?"

Arya semakin panik dengan nada tinggi kepala sekolah. Mukanya pucat dengan kaki gemetar. Selebihnya Arya terlihat baik-baik saja meski sesekali menoleh ke arah Senja untuk minta pertolongan.

"Senja, bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?"

Napas Senja terlihat sangat berat. Beberapa kali terlihat mengambil napas dalam-dalam. Wajah kesalnya terus menatap Fajar. Ingin rasanya dia menyumpahi Fajar ketika melihat muka Langit hancur penuh darah seperti itu.

"Kenapa kalian diam saja? Pertanyaan ini sulit? Iya?" bentak Kepala Sekolah.

Situasi tidak memungkinkan untuk membela diri. Fajar memilih untuk diam. Kalau dia mengatakan tidak bersalah, semua orang juga tahu kalau dialah yang memukuli Langit hingga babak belur seperti itu. Menyangkal sama dengan menggali kuburannya sendiri. Terlebih lagi Langit adalah anak pemilik yayasan. Kepala sekolah tentu saja akan membela Langit dengan posisi ayahnya yang tinggi.

"Senja jawab! Siapa yang harus bertanggung jawab?"

Dengan terbata, Senja menjawab, "Langit, Pak."

Baik Arya maupun Fajar sangat terkejut mendengar perkataan Senja. Mereka sama-sama tidak tahu kenapa Senja malah mengatakan Langit.

Senja kemudian menceritakan semuanya. Termasuk tentang Yogi yang kehilangan kacamata dan disiram air kencing. Atas perintah kepala sekolah, Yogi diundang untuk menghadap. Ikut memberikan kesaksian. Kepala sekolah yang ingin bersikap jujur dengan pekerjaannya. Memeriksa CCTV sebagai bukti kalau Langit juga bersalah. Hanya ada satu CCTV yang terekam, ketika Langit membully habis-habisan Yogi. Yang minus dari cerita Senja hanya kejadian di kamar mandi, tidak ada CCTV diletakkan di sana yang bisa menjadi bukti kuat Langit bersalah dalam insiden ini. Mereka hanya mendapatkan kesaksian dari Yogi.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang