Kabar putusnya hubungan Langit dan Senja sudah menjadi pembicaraan umum. Sejak itu hingga pengumuman kelulusan sekolah, keduanya tidak lagi bersama-sama. Langit sibuk dengan dunianya, Senja pun begitu. Bahkan beberapa hari yang lalu, tersiar kabar bahwa Langit mendapatkan beasiswa Jermannya. Senja sangat bersyukur untuk itu. Bersama dengan teman-temannya, Langit terlihat sangat bahagia. Terlampau bahagia malah.
Berbeda Langit berbeda Fajar. Hubungan Senja dan Fajar tidak cukup baik. Fajar kini tidak lagi merespon Senja seperti biasa. Terkesan lebih memilih untuk menghindarinya. Itu semua Fajar lakukan karena dia memegang janji untuk menjauhi Senja. Tentu saja atas hutang budi mengenai biaya rumah sakit sang Ayah. Saat Senja mendekat, Fajar selalu punya alasan untuk pergi.
"Aku mau ngomong!" ucap Senja sedikit berteriak menghentikan langkah Fajar. Tetapi sama sekali tidak dihiraukan. Fajar tetap berjalan mencengkeram tas sekolahnya. "FAJAR! KAMU DENGER NGGAK SIH?" lanjutnya teriak frustasi.
Langkah Fajar terhenti.
"Nggak capek hindari aku terus?" sentak Senja. Deru napasnya terdengar cukup berat. Emosinya benar-benar meledak saat itu juga.
Fajar menoleh. Mendapati Senja berdiri dengan napas berat. Dan sorot matanya menggambarkan kemarahan.
Tidak banyak anak di lobi. Hanya beberapa orang. Pengumuman kelulusan mereka jauh lebih penting daripada hanya sekedar duduk-duduk di lobi sambil main ponsel. Namun beberapa dari mereka yang datang tertarik untuk menyaksikan perdebatan Fajar dan Senja.
Melihat semakin banyak anak yang datang. Fajar bergerak menarik tangan Senja untuk menjauh. Paling tidak menyelesaikan masalah ini di tempat lain. Sedikitpun Fajar tidak mau menjadi perbincangan anak-anak di sekolah. Lebih-lebih sudah menyangkut ke arah pribadi.
Sangat senang hati Senja mengikuti Fajar. Meskipun sepanjang jalan dia hanya diam saja. Hanya menunduk dan membiarkan Fajar memegang pergelangan tangannya. Tidak ada lagi raut marah di wajah Senja, itu hanya karena Fajar tak lagi mengabaikannya.
Yap, Senja lebih suka Fajar seperti ini. Tidak mengabaikannya dan mengajaknya bicara mengenai banyak hal.
Fajar membimbing Senja duduk di bangku halaman belakang. Lebih sering disebut sebagai lapangan basket lama. Memberikan isyarat kepada Senja untuk duduk di sampingnya. Tangan yang awalnya menggenggam pergelangan tangan Senja, kini digunakannya untuk menggenggam erat tangan itu. Hingga membuat kulit putih Senja memerah. "Kita bicara di sini saja."
"Aku nggak mau kamu seperti ini," ujar Senja balas menggenggam tangan Fajar.
Fajar menoleh ke arah Senja. Memperhatikan raut muka Senja. "Enggak," jawabnya. "Aku kaget aja waktu denger hubungan kalian udah selesai." Yang dimaksud adalah hubungan Senja dan Langit.
Senja menggeleng pelan, tersenyum kecut. Bukan hanya Fajar, Senjapun berpikir kalau hubungannya dengan Langit tidak akan mudah berakhir seperti itu. "Langit bilang apa?"
Fajar menggeleng. Selama ada berita mengenai hubungan Senja dan Langit, sedikitpun Langit tidak pernah mengganggunya. Yang dia lihat hanyalah Langit yang semakin tenggelam dalam ambisinya. Fajar bahkan sedikit menceritakan tentang Langit ke Senja yang kini masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Langit yang Fajar kenal saat ini adalah Langit egois yang bahkan tidak memiliki seorang teman. Hanya Arya yang mengekori, bahkan membuat dunia Langit berubah. Langit seperti memiliki seorang teman hanya karna Arya, ketika Arya pergi, teman-temannya yang lain ikut pergi.
Sesaat Fajar menoleh ke arah Senja. Cewek di sampingnya kini memandang ke arah depan. Tidak pula tersenyum.
Di detik berikutnya Senja meneteskan air mata. Mengingat bagaimana dulu melihat Langit sendirian tanpa seorang teman di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...