Chapter #16

48 4 0
                                    

"AKU sayang kamu. Aku nggak mau lihat kamu dekat sama Fajar, Nja. Aku nggak suka kalau hubungan kita jadi renggang karna kehadiran Fajar. Aku marah, bukan berarti aku nggak suka sama Yogi atau Fajar, tapi itu karna aku sayang sama kamu. Aku hanya minta Yogi bilang ke Fajar buat jauhin kamu. Udah minta ke Arya buat nggak gegabah. Ya aku salah, Nja. Meskipun itu Arya, ini tetep salahku. Aku mau ngelawan waktu Fajar pukulin aku. Di sana aku lihat kamu berdiri, aku nggak mau kamu malah berfikir aku nggak mau ngakuin kesalahanku. Di sisi lain aku nggak mau Arya juga jadi korban karna kebodohanku."

Mendengar itu, Senja sangat terkejut. Jadi ini sengaja? Bukannya berubah menjadi marah, Senja memeluk erat tubuh Langit. Tidak peduli beberapa kali mendengar Langit merintih kesakitan ketika hidungnya tersentuh oleh pundaknya. Beberapa kali Langit mendongak untuk menghindari pundak Senja. Rasanya sangat menyakitkan.

"Awwww," rintih Langit.

"Sakit?" tanya Senja melepaskan pelukannya.

Langit mengangguk. Memegang hidungnya pelan-pelan. "Sedikit."

"Hidungnya doang yang paling sakit?"

"Kata Dokter Jess bengkok. Kemungkinan kalau nggak retak ya patah. Emang bengkok ya?" tanya Langit heran.

"Sedikit sih." Memandang dengan seksama wajah Langit memastikan bengkok atau tidak. "Separah itu ya Lang? Lagian kenapa harus bertengkar sih. Gini kan jadinya."

"Kamu nih dibahas terus. Udah tau sakit."

"Makanya jangan sok caper."

Langit tersenyum. "Kan capernya ke kamu."

"Ih apaan sih. Nggak usah sok cute gitu mukanya. Nggak cocok."

Langit menyatukan kedua tangannya berbentuk love di atas kepala. Mengedipkan mata seperti bintang boyband Korea. Bersikap sok manja seperti anak bayi sambil berujar, "sarangheyo." Satu pukulan keras kembali mendarat di lengan Langit membuatnya mengeluh. Ini sudah ketiga kalinya Senja memukulinya seperti itu.

"Nggak lucu."

"Lucu kokk."

"Jijik."

"Berarti boyband-boyband Korea menjijikkan juga. Terus kenapa kamu suka?"

Senja mencibir. "Yang itu mukanya mendukung. Ganteng. Badannya bagus. Lah kamu, muka bonyok gitu banyak tingkah."

"It's okey. Yang penting aku ganteng."

"Dari mana?"

"Ya kamu bisa lihat sendiri. Kalau nggak ganteng manamungkin sih cewek secantik kamu datang ke sini buat jengukin aku?"

Mendengar itu Senja langsung menghembuskan napas panjang. Menyandarkan tubuhnya di kursi. Hanya memandang Langit dalam diam. Bukan hanya memandang, Senja menghitung jumlah luka memar di muka Langit. Ada sekitar 5 luka lebam. Satu luka di pelipis terlihat sudah dijahit. Juga membayangkan sekeras apa Fajar memukulnya, bahkan tadi sepulang sekolah, di halte, Senja melihat jelas kalau buku jari Fajar memar merah.

"Jangan dipegangin gitu Lang, nanti malah jadi kenapa-napa," omel Senja. Melihat Langit memegang hidungnya sambil nyengir-nyengir kesakitan. Dia menjadi ngilu sendiri memperhatikan Langit seperti itu.

"Aw aw," rintih Langit.

"Lang, nggak papa kan?"

"Prank," teriak Langit sambil tertawa terbahak-bahak.

Kesal karena dipermainkan Langit, Senja menekan luka jahit di dahi Langit dengan sangat keras. Hingga membuat Langit berteriak kesakitan dan menampik tangan Senja dari wajahnya. Wajahnya ditekuk kesal hingga membuat Senja balas tertawa terbahak-bahak.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang