Chapter #48

23 3 0
                                    

"Aku di rumah sakitnya Kak Feline. Ayahnya Fajar sakit, jadi aku di sini buat dia."

Jawaban Senja membuat dunia Langit seakan runtuh. Langit bergeming di tempatnya. Mencoba mencerna kalimat yang baru saja Senja katakan. Memastikan dirinya tidak bermimpi buruk. Sampai kemudian panggilan kecil terdengar, "Lang?"

"See you."

Saat itu juga Langit menyadari bahwa ini bukanlah mimpi. Senja ada bersama Fajar dan dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Marah tentu saja. Tapi yang bisa Langit lakukan hanya mengatur napasnya dalam-dalam. Mengatur emosinya seperti yang sering kali diserukan Kak Feline akhir-akhir ini.

Padahal ingin sekali Langit melemparkan ponselnya saat ini juga. Ataupun menghajar apapun yang ada di depannya saat ini. Semua itu tidak mungkin karena seseorang yang ada di depannya adalah Tania. Orang yang juga sudah membantunya. Saat ini malah memandang keheranan.

Ini bukan saatnya berpikir lagi. "Gue pinjem mobil lo," guman Langit mengulurkan tangan ke arah Tania. Meminta bantuan Tania lagi.

Tania berjalan menjauhi Langit. Mengabaikannya begitu saja. "Minta ke resepsionis bilang kalau lo mau kunci mobil gue."

Buru-buru Langit meninggalkan Tania yang memilih untuk diam saja. Langit tidak menoleh ke belakang lagi, namun Tania meringkuk meneteskan air matanya. Rasa sakit itu kembali menusuk hatinya.

Bayangan Langit meninggalkannya kembali muncul menjadi sesuatu yang paling menakutkan dan ini terjadi lagi.

****

TERLIHAT Senja duduk di sana tepat di sebelah Fajar yang saat itu sedang makan. Langit bergegas menghampirinya. Begitu Senja berdiri, tanpa basa basi langsung meraih, memeluk memberikan kecupan kecil di pipinya.

"Kamu beneran nggak papa kan, sayang?" tanya Langit memastikan kalau Senja baik-baik saja. Menoleh ke arah Fajar yang masih mengabaikan keberadaannya. Tidak ada reaksi apapun selain wajah kacau.

Senja menggenggam erat lengan Langit. Mungkin dia takut Langit tiba-tiba menyerang Fajar. Pada akhirnya membuat Langit mendesah panjang.

"Ayahnya Fajar sakit, Lang!" guman Senja sedikit berbisik. Tidak membuat Langit iba sedikitpun. Sejujurnya Langit selalu punya keinginan untuk menarik Senja keluar dari rumah sakit.

Langit mendesah.

Dia diam memberikan senyuman untuk Senja. "Em. Kamu udah makan? Mau aku belikan makan di luar?" tanya Langit pada akhirnya. Memilih fokus untuk Senja.

"Harusnya sebelum ke sini aku tanya ke kamu, udah makan belum. Sorry ya, aku nggak kepikiran sampai di sana." Langit membelai pipi Senja dengan sangat pelan dan romantis. "Nja tadi kamu nggak tidur di sini kan?"

Senja buru-buru menggelengkan kepalanya.

Tidak bisa dipungkiri Langit benar-benar secemburu itu sekarang. Melebihi semua kejadian yang ada di sekolah.

Dan seperti jawaban yang diinginkannya, Senja menggeleng, hatinya menjadi sangat lega untuk itu. Paling tidak, Senja tidak terlalu berkorban untuk Fajar. Yang mungkin tanpa disadari memupuk rasa cinta lain di hatinya.

"Duduk Lang!" guman Fajar pada akhirnya.

Sebelum duduk Langit menoleh ke arah Senja. Kemudian mengambil duduk di sebelah Fajar tanpa rasa ragu. Fajar terlihat mengusap wajahnya kasar.

Senja ikut duduk di sebelah Langit. Menyandarkan kepalanya di bahu Langit dengan sangat manja. Bibirnya mengkerut bosan.

Andai saja ini bukan rumah sakit, sudah semestinya Langit bergerak memeluk kekasihnya itu dengan sangat intim. Dia tidak mungkin melakukannya di sebelah Fajar. Dan mungkin saja Senja tiba-tiba menolak kan?!

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang