Chapter #33

23 3 0
                                    

"LANG, PLEASE SORRY. Gue nggak ada maksud buat bikin kalian bertengkar. Gue juga nggak tau kalau Senja di sana." Tania menghentikan jalan Langit begitu sampai di pintu tempat bimbel. Wajahnya masih sama kesalnya seperti waktu itu. Ketika dia kepergok Senja ciuman.

Andai saja sikap Langit tidak berubah. Sudah dipastikan Tania ogah-ogahan minta maaf seperti orang bodoh di depan Langit.

Ini sudah hari ketiga dia mengikuti Langit melakukan hal yang sama. Mendapatkan perlakuan yang sama pula. Langit mendorongnya tanpa sedikitpun rasa iba. Awalnya Tania harus terjatuh karena itu. Sekarang dia hanya perlu menyeimbangkan tubuhnya.

Tidak mau kalah lagi, Tania akhirnya memberanikan diri memeluk Langit dari belakang. Meskipun resikonya Langit akan semakin membencinya. "I'am sorry." Memeluk agak was-was. Salah langkah saja Langit akan mencampakkannya.

Di depan, satpam tempat bimbel memperhatikan mereka. Langit hanya merespons diam saja. Tanpa suara mencoba melepaskan diri dari pelukan Kania. Itupun dengan gerakan yang sangat pelan. Seakan tidak mau menyakiti Tania.

"Lepas." Langit berkata tegas. "Gue nggak suka lo kayak gini."

Mendengar jawaban itu, takut-takut Tania melepaskan pelukannya. Langit memutar badannya. Kali ini menatapnya dengan tatapan kosong. Sepertinya sedang malas berurusan dengan Tania.

"Lo tinggal pergi dari hadapan gue, gue bakal maafin lo." Langit menyisir rambutnya menggunakan telapak tangan.

"Udah gue bilang kan, gue nggak mau jauh dari lo, Lang. Perasaan gue nggak pernah ijinin itu."

"Artinya maaf lo itu nggak tulus. Apa susahnya sih jauhin gue?"

"Terus maksudnya waktu itu lo nyelonong ke apart gue apa? Nyosor gue gitu maksudnya apa?" tanya Tania masih berusaha mengontrol emosinya.

Langit menarik lengan Tania menuju tempat yang lebih sepi.

Meskipun rasanya sakit ketika Langit mencengkeram lengannya, Tania mencoba bertahan. Begitu juga ketika Langit menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke badan mobilnya. Sialan, batin Tania sembari mendesah. Kalau bukan Langit, dia tidak rela diperlakukan seperti itu.

Langit mendekat. Mencondongkan tubuhnya. Mengurung Tania dengan tubuhnya yang lebih besar mendominasi. "Kenapa kalau gue nyosor lo? Buktinya lo juga kegatelan."

Tania tertawa sinis. "Lo emang berengsek ya, nggak nyangka gue."

"Kenapa? Lo nyesel udah suka ama gue?"

Sedikitpun Tania tidak melawan. Malah menatap wajah tampan Langit. Menerka apa yang akan Langit lakukan selanjutnya.

"Lo mau maaf dari gue kan? Kalau lo mau lo ngomong ke Senja kalau itu nggak sengaja. Buat hubungan gue sama Senja balik. Apa lo bisa? Ha? Gue tantang lo. Kalau lo nggak bisa mending lo jauh-jauh dari hidup gue."

Tania mendengus. Tersenyum geli. Itu artinya dia harus mengemis maaf ke Senja. Jelas bukan hal yang baik. Membayangkannya saja cukup menggelikan.

"Kenapa, lo nggak bisa?" bentak Langit.

Bentakan itu membuat Tania tertantang untuk menjawab. Hanya saja, keberaniannya sangat kecil. Langit terlihat begitu emosi. Dia tidak mau menjadi korban emosi Langit selanjutnya.

Langit kembali mencondongkan tubuhnya. Membuka pintu mobil yang terkunci. Mengerang ketika tidak bisa membukanya. "Buka. Atau gue pecahin kacanya."

Mau tidak mau Tania menekan kunci mobilnya. Tangan Langit mulai membuka pintu. Mendorong Tania masuk. Tidak ada kata apapun selanjutnya. Begitu Tania masuk menurunkan kaca cendelanya, Langit berkata dengan lirih.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang