"HM... hm... Hm..." Yogi mengangguk takzim setelah mendengarkan penjelasan Fajar. Tanpa melepaskan pandangannya dari paha ayam di depannya. Sepertinya Yogi lebih tertarik dengan ayam goreng di depannya daripada cerita Fajar.
"Tapi lo nggak beneran suka kan sama si Senja?" Yogi menunjuk wajah Fajar dengan tulang ayan goreng di tangannya. "Udah jangan sampe suka deh, itu anak orang kaya. Lo orang miskin. Nggak ada cocok-cocoknya."
"Aku niatnya emang nggak mau suka sama Senja."
"Bagus deh kalau niat lo kek gitu."
"Tapi hati jadi minta yang lain. Apalagi insiden di mobil."
Mata Yogi terbelalak. Begitu terkejut dengan pengakuan Fajar. Ia lalu sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Fajar menuntut penjelasan. Fajar yang merasa risih mendorong Yogi menjauh dari hadapannya.
Fajar langsung meneguk segelas teh. Untuk menghindari pertanyaan Yogi.
"Lo nggak ngapa-ngapain Senja kan di mobil?"
"Memangnya ngapain?"
"Ya kali aja mesum di mobil."
"Mobilnya Senja kecil banget. Nggak enak kalau dibuat mesum."
Yogi tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Memberikan isyarat kalau Senja sedang berjalan mendekat. Saat itu juga Fajar menghembuskan napas panjang. Untuk saat ini demi kebaikan hatinya, mendadak dia malas bertemu dengan Senja. Buru-buru Fajar berdiri sebelum Senja menyadari kalau dia ada di sini. Namun terlambat, Senja lebih dulu meraih pergelangan tangannya.
Fajar kembali duduk. Meneguk minuman di depannya dengan sangat asal. Diikuti oleh Senja yang malah duduk di sampingnya. Ranchi yang saat itu ikut ogah-ogahan duduk di sebelah Yogi.
"Kenapa buru-buru banget? Belum pesen makan juga."
"Soalnya bentar lagi ada ujian."
"Beneran ada ujian?" tanya Senja bertanya serius. "Yah, emang kalian beneran mau pergi aja nih? Aku teraktir loh."
"Seriusan lo, Nja? Eh boleh-boleh deh. Kita nggak ada ujian kok. Beneran."
Senja menoleh ke arah Fajar, "Lho nggak papa kalau kalian mau pergi kok, kata Fajar ada ujian," goda Senja. Membuat Fajar salah tingkah.
Yogi mendelik ke arah Fajar. Satu tendangan keras mendarat di tulang kering kakinya.
"Hari ini nggak ada ujian kok. Fajar aja nih yang malu ama lo." Yogi mengatakan yang sebenarnya.
Senja menatap Fajar dalam-dalam.
"Aku nggak malu, cuma nggak enak aja," jawab Fajar pada akhirnya. Mengklarifikasi ucapan Yogi.
"Gila lo, Nja. Baperin anak orang." Ranchi ikut terkekeh melihat wajah Fajar yang sekarang menjadi merah. "Tuh lihat muka Fajar jadi merah."
Fajar salah tingkah.
"Eh lo pada bisa diem nggak?" Senja melotot.
Belum sempat menjawab, Fajar beranjak dari tempatnya. Dia tidak nyaman dengan semua ini. Senja yang terlihat khawatir segera menyusul Fajar. Berusaha mengejarnya meskipun Fajar terus menghindar.
"Bisa tunggu nggak? Fajar! Jelasin dulu apa yang dimaksud Yogi. Harus banget ya bohong buat ngehindarin gue?"
Fajar sama sekali tidak merespons pertanyaannya. Semakin melangkahkan kakinya menjauh meninggalkan Senja. Hingga Senja harus sedikit berlari. Mencoba meraih tangan Fajar. Ketika teraih cepat-cepat Senja menggenggamnya.
"Jangan pegang begini, nggak enak dilihat yang lain." Hanya itu yang bisa dikatakan Senja untuk melepaskan genggaman tangan Senja.
Dengan senang hati, Senja menarik tangannya. "So? Jelasin sesuatu dong, aku nggak mau aja di antara kita ada salah paham. Kamu masih inget kan alasan di balik kita main peran ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...