SENJA merenung di kamarnya ketika pesan notifikasi muncul mengambang di bar ponselnya.
Langit:
[Send picture]Senja membuka pesan chat. Mendapati Langit mengirimkan foto-foto ketika masih duduk di bangku SMP. Foto-foto yang diambil ketika satu sama lain saling tidak menyadari. Diam-diam Senja menyunggingkan senyum meski dia tidak membalas pesan dari kekasihnya itu.
Langit:
I love you
Itu menjadi salah satu alasan.
Kenapa aku melakukan semua ini.Senja mendengus. Dia malas membahas ini itu dengan Langit. Hanya mengabaikan pesan pesan chatnya. Sama sekali tidak tertarik untuk membalasnya.
Satu pesan chat kembali mengambang.
Langit:
Aku nggak mau kehilangan kamuDiam sejenak Senja menimbang-nimbang apa yang harus dia balas. Berkali kali mengambil lalu menaruh lagi ponselnya. Hendak membalas namun akhirnya dia hapus juga.
Dengan langkah gontai Senja beranjak dari kamarnya. Melihat Mama sibuk dengan laptop di ruang keluarga sambil fokus ke layar laptopnya. Akhir-akhir ini Mama terlihat sangat sibuk dengan proyek-proyek besarnya. Sedangkan Papa entah kenapa tidak terlihat sama sekali malam ini. Melihat keluarganya tidak utuh seperti ini menjadi hal yang cukup biasa untuk Senja.
"Hello, Mah. Lagi sibuk banget?" tanya Senja duduk di sebelah Mama. Menyandarkan kepalanya di sana. "Papa belum pulang?"
"Papa masih ada meeting sama om Ashok sekalian makan malam katanya."
Senja mengangguk mengerti.
"Kamu sudah makan, sayang?"
"Sedikit."
"Kenapa cuma sedikit? Kamu ada masalah di sekolah?" tanya Mama menyelidik tetapi fokusnya tetap di depan layar monitor laptopnya.
Senja menegakkan punggungnya. Meraih toples makanan ringan di depannya. Mengunyah kue pelan-pelan sambil memperhatikan pekerjaan Mama yang sepertinya berhasil membuat kepalanya semakin pening.
"Mah, Papa pernah marah-marah nggak?"
Mama terheran-heran mendengar pertanyaan semacam itu. "Kenapa kamu tanya seperti itu?" Sedikit heran juga, karena Senja bukan orang yang suka bertanya tentang masalah se pribadi itu. "Kamu sama Langit ada bertengkar ya?"
Senja menggeleng. Tapi lambat laun malah mengangguk. "Kita nggak pernah bertengkar seperti ini." Nada suaranya terlihat sangat lemah.
"Masalah apa, sayang?"
"Ribet, Mah."
"Nggak mau cerita ke Mama?"
Malas-malasan Senja menyandarkan kepalanya ke lengan Mama. "Bukannya nggak mau cerita, Mah. Senja malas aja bahas masalah ini. Mama juga sibuk kan? Papa juga lagi sibuk satu proyek sama Om Ashok. Senja nggak mau bikin Mama Papa makin tambah kepikiran ini itu." Menyunggingkan senyum palsunya.
"Langit pukul kamu?"
Buru-buru Senja menggeleng.
"Jadi semua baik-baik aja?"
Senja mengangguk. "Baik kok Mah, masalahnya cuma sama orang lain."
"Di sekolah?" tebak Mama. "Langit bertengkar sama anak sekolah lain?"
"Berkelahi sama anak baru."
Mama mendengus. "Berkelahi karna kamu?"
Ragu-ragu menjawab Senja mengangguk tapi menjawab, "Senja nggak tau, Mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...