UPACARA pemakaman. Pagi itu hujan membasahi ibukota. Bendera kuning bersender di pohon sebelah gang rumah Fajar. Orang-orang berdatangan untuk melayat. Keluarga Fajar terutama ayahnya memang terkenal baik di daerah ini. Senja juga datang ke acara pemakaman, bersama Yogi dan Arya tanpa Langit. Dia memakai baju serba hitam berkerudung yang hanya disampirkan ke kepala. Ditambah dengan kacamata hitam.
Sejak kemarin Senja berada di sebelah Fajar. Beruntung Langit membiarkannya pergi. Sekitar jam sepuluh pagi nanti ayah Fajar dimakamkan.
Senja masih berusaha menelpon Langit untuk datang. Sayangnya tidak ada jawaban sedikitpun. Membuat Senja semakin kesal dengan tingkah kekanak-kanakan Langit. Setidaknya datang meski hanya sebentar.
Satu persatu anak-anak sekolah Ashok-Nanda datang. Tidak lupa guru yang juga mulai berdatangan. Sosok perempuan yang tak kalah hebohnya juga ada di sana. Dengan penampilan nyentrik berkacamata hitam besar, berjalan mendekat ke arah Fajar. Tania. Yap, siapa lagi yang berani ambil start tampil mencolok di acara berduka ini.
Ada perasaan kesal ketika Tania merangkul Fajar menenangkannya. Senja menatap Ranchi yang saat itu ikut menyaksikan tingkah Tania. Sedangkan Fajar hanya diam saja. Tampaknya juga Fajar bahkan tidak peduli dengan kehadiran Tania di sana.
Dengan wajah pucat. Tangan bergetar. Air mata yang tak pernah berhenti mengalir. Tatapan Fajar kembali kosong, namun berusaha tetap tegar mengurus jenazah ayahnya.
Senja mencoba mendekat. Menepuk pundak Fajar pelan. Senyum canggungnya terlihat. Sebelum akhirnya Fajar hanya menundukkan kepala. Ada binar kesedihan yang tidak bisa dilukiskan di sana. Senja sangat tahu kalau Fajar begitu dekat dengan ayahnya, dan kepergian sang ayah membuat Fajar hancur.
"Salam dari Langit, dia nggak bisa datang ke pemakaman ayah," ucap Senja pada akhirnya. Fajar mengangguk sambil menghapus air matanya.
Spontan Senja memberikan sedikit pelukan hangatnya. Itu hanya friendly hug. Sama-sama tidak ada perasaan di antara keduanya. Fajar sibuk dengan kesedihannya hingga dia sama sekali tidak mempedulikan siapapun yang berusaha menenangkan dengan pelukan. Sedangkan Senja sibuk dengan hatinya yang merasa hancur melihat Fajar seperti itu. Pelukan itu hanya murni support bahwa Fajar tidak sendiri.
Fajar melepaskan pelukan Senja. Bergabung dengan teman-teman lain termasuk Yogi yang sudah duduk bersila di depan jenazah. Senja mengikuti di belakang Fajar, menenteng surat yasin. Melihat jenazah yang terlihat damai dalam tidurnya. Sebelum menyadari kehadiran seseorang di sampingnya berbisik, "Sebenernya lo itu pilih siapa sih antara Langit ama Fajar? Semua kayaknya lo mau deh."
Sinis seperti biasa. Suara Tania hanya diabaikan begitu saja oleh Senja. Ini bukan waktunya berdebat. Itu sebabnya dia hanya diam saja. Terkesan tidak peduli. Meskipun hati kecilnya mengatakan ini sangat mengganggunya.
People only know what they see, but people just didn't know that.
****
"Kenapa nggak datang ke acara pemakamannya orang tua Fajar?" tanya Senja sedikit tersulut emosi. "Anak-anak pada datang semua. Kamu doang yang nggak datang."
Langit hanya memberikan senyum. Mengulurkan botol coke ke arah Senja. "Tadi ada janji sama Bokap."
"Aku nggak suka kalau itu kamu jadikan alasan."
"Iya maaf."
Mencoba bersabar. Itu yang Langit lakukan untuk tidak terbawa oleh emosi yang dimainkan Senja.
"Iya udah iya, aku minta maaf okey. Tapi beneran, tiba-tiba Daddy minta datang. Itu aja. Okey, minta maaf ya." Meraih Senja dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...