Chapter #10

54 4 0
                                    

BEL pulang sekolah berdenting. Fajar masih sibuk mengerjakan soal di jam terakhir. Semua siswa sudah mulai meninggalkan kelas. Fajar dan Langit yang masih ada di kelas. Ditemani Arya dan Yogi di antara mereka. Beberapa kali Langit mengetukkan jari di meja. Sambil melirik kesal ke arah Fajar. Fajar sendiri tidak memedulikan hal itu. Lebih memedulikan kumpulan soal di depannya sambil menggigit bulpoin selama berpikir.

"Bos, ini namanya buang-buang waktu," bisik Arya. Langit terus mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja. "Deketin aja, Bos." Posisi Langit memang sedikit lebih jauh dari Fajar saat ini. Berselang dua bangku dari samping.

Langit masih menunggu waktu. Tidak mau terpancing dengan Arya.

"Bos, nanti kalau dibiarin, itu anak makin ngelunjak."

Langit menoleh. Memikirkan perkataan Arya.

"Senja bisa jadi bakal suka sama Fajar. Kalau sampai mereka jadian cuman hanya karna nama mereka yang serasi. Bos bakal kebakaran jenggot. Baru tau rasa."

Bruak!!!

Langit memukul meja dengan sangat keras. Fajar yang saat itu berpikir sambil menggigit bulpoin mendongak memperhatikan Langit yang sudah melangkah cepat ke arahnya. Menarik kra bajunya. Tidak ada kesempatan untuk mengelak dan membela diri ketika Langit menyeretnya keluar kelas menuju halaman lapangan basket lalu melemparkannya di sana.

Anak-anak yang masih ada di sekolah segera mengalihkan perhatian ke mereka berdua. Baik Arya maupun Yogi hanya bisa mengikuti ketika Fajar dan Langit saling tatap.

"GUE MINTA LO JAUHIN SENJA," ujar Langit dengan suara beratnya. Sedikit berteriak sekaligus menekankan di setiap katanya.

Fajar mendengus. Ingin rasanya dia berlari dari lapangan ini ketika melihat semua orang malah menatapnya penuh ingin tahu.

"Aku nggak ada urusan," jawab Fajar santai hendak pergi. Namun dicekal oleh Langit.

"Lo jauhin Senja atau gue terpaksa kasih pelajaran ke lo sekarang juga."

Fajar melemparkan bolpoinnya sembarangan, sama sekali tidak terpancing perkataan Langit. Kalaupun ada yang terpancing itu pun pasti Langit. Karena dia bisa melihat betul bagaimana ekspresi Langit yang penuh dengan amarah.

"Bukan aku yang harusnya kamu tanya, kalaupun aku nggak datang ke Senja. Senja sendiri yang bakal datang. Apa itu salah?"

"Lo jangan macam-macam ama gue."

"Gini deh, Lang." Fajar berusaha menjelaskan. "Senja selalu datang ke tempatku, apa itu yang dinamakan aku sengaja deketin dia? Ha?"

"Maksud lo?"

"Aku malas bahas beginian di sini."

Langit menahan Fajar yang saat itu sudah berniat pergi. "Oh maksud lo Senja yang sengaja deketin lo? Gitu ha?" Langit menarik kra baju Fajar. "Brengsek." Ingin sekali Langit meludahi wajah Fajar.

"Tanya sendiri saja. Kalau masih nggak percaya."

Bukkk!!! Bukkk! Bukkk!

Hantaman keras mengarah ke arah wajah Fajar. Membuatnya terkulai lemas tanpa perlawanan. Awalnya Fajar hanya diam saja, dia tidak berniat membalas apapun. Toh perkelahian ini apa gunanya?

"Kenapa nggak ngelawan?" tanya Langit sambil tertawa. "Pengecut! Banci!" bentaknya penuh dengan kebencian.

Tidak suka dikata seperti itu Fajar menarik kaki Langit hingga terjatuh. Tidak peduli berapa kali kaki Langit yang satunya mencoba mendendangnya dengan membabibuta. Mengenai hidung dan membuatnya tak berdaya saat itu juga. Kepalanya mendadak pusing. Wajahnya penuh dengan darah.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang